Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat meminta China dan Rusia untuk mengambil "tindakan langsung" untuk mengendalikan Korea Utara yang baru saja meluncurkan peluru kendali balistik melintasi Jepang.
"China memasok Korea Utara dengan sebagian besar minyaknya. Rusia adalah majikan terbesar bagi buruh paksa Korea Utara," kata Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson dalam pernyataan yang dikutip
AFP, Jumat (15/9).
"China dan Rusia mesti mengindikasikan intoleransinya terhadap peluncuran rudal serampangan ini dengan mengambil tindakan langsung."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rudal itu diluncurkan dari dekat Pyongyang menyusul sanksi kedelapan dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait program rudal balistik dan senjata nuklir Korut.
Tillerson mengatakan hukuman terbaru itu adalah "dasar, bukan batasan dari tindakan yang mesti kita ambil. Kami meminta semua negara untuk mengambil langkah baru terhadap rezim Kim (Jong-un)."
Presiden AS Donald Trump belum mengomentari peluncuran terbaru ini. Namun, menurut Gedung Putih, ia sudah diberi tahu.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB menjadwalkan rapat darurat tertutup pada 19.00 GMT berdasarkan permintaan Jepang dan Amerika Serikat.
Seruan bertindak dari Tillerson dilontarkan selang beberapa jam setelah komando regional AS menginfirmasi Korut telah menembakkan rudal balistik jarak menengah melintasi Jepang menuju Samudra Pasifik. Tembakan itu disebut tidak mengancam Amerika Utara.
Ini adalah kali kedua dalam waktu kurang dari satu bulan Korut meluncurkan rudal melintasi Jepang.
Kementerian Pertahanan Seoul menyatakan rudal terbaru itu terbang sejauh 3.700 kilometer dan mencapai ketinggian 770 kilometer--lebih jauh dari IRBM Hwasong-12 yang diluncurkan di akhir Agustus.
Peluncuran rudal itu segera diikuti oleh uji coba nuklir pada 3 September. Uji coba yang diklaim sebagai bom hidrogen itu adalah yang terkuat sejauh ini dan Korut menyatakan senjata tersebut sudah bisa dipasangkan pada hulu ledak rudal.
(aal)