Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Bangladesh membatasi pergerakan pengungsi Rohingya dengan melarang mereka meninggalkan tempat-tempat yang ditentukan.
Keputusan ini dikeluarkan pada Sabtu (16/9) kepada lebih dari 400 ribu pengungsi Rohingya asal Myanmar yang tiba di negara itu akibat kekerasan sejak 25 Agustus.
Sementara Bangladesh kesulitan mengatasi cakupan “krisis yang belum pernah terjadi” ini, puluhan pengungsi Rohingya ditemukan di tiga kota yang berjarak ratusan kilometer dari perbatasan Myanmar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situasi ini menimbulkan kekhawatiran baru, yaitu ribuan warga Rohingya akan meninggalkan wilayah perbatasan dan masuk ke dalam wilayah Bangladesh.
Polisi mengatakan, melarang pengungsi Rohingya meninggalkan wilayah perbatasan dan kamp yang telah ditetapkan pemerintah Bangladesh.
“Mereka harus tetap tinggal di kamp-kamp yang telah ditentukan sampai kembali ke negara mereka,” kata Sahely Ferdous, juru bicara kepolisian Bangladesh, seperti dikutip kantor berita AFP.
Dia mengatakan para pengungsi Rohingya dilarang menginap di rumah teman atau kenalan, sementara penduduk setempat dilarang menyewakan rumah mereka kepada para pengungsi.
“Mereka tidak boleh bepergian ke tempat lain lewat jalan darat, kereta atau sungai,” ujar polisi yang menambahkan bahwa pengendara bis dan truk serta pekerja dilarang mengangkut pengungsi Rohingya.
Polisi mendirikan pos-pos pemeriksaan di tempat-tempat transit utama untuk memastikan tidak ada pengungsi yang bergerak ke wilayah lain di Bangladesh.
Pembatasan ini diumumkan ketika pemerintah Bangladesh mengaku menghadapi “krisis yang belum pernah terjadi” akibat arus 409 ribu pengungsi Rohingya yang masuk sejak Agustus.
Kondisi di Cox’s Bazar, tempat sebagian besar pengungsi tinggal, memang dalam situasi yang buruk.
 Sejumlah negara telah mengirim bantuan untuk pengungsi Rohingya, termasuk Indonesia yang sebagian bantuannya telah tiba di Bangladesh. (Biro Pers Setpres/ Cahyo) |
Kesulitan Bangladesh ini terjadi setelah jumlah pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Myanmar mencapai tingkat tertinggi dalam beberapa dekade.
Kamp-kamp pengungsi Rohingya di Cox’s sebelum krisis pengungsi akibat kekerasan 25 Agustus itu memang sudah dipadati oleh 300 ribu pengungsi.
Sebagian besar warga Rohingya yang baru tiba di wilayah perbatasan Bangladesh ini tidak kebagian tempat di kamp-kamp itu dan harus tinggal di pinggir jalan.
Keluarga-keluarga Rohingya ini tidak memiliki tempt tinggal dan harus berebut untuk mendapatkan pasok air dan makanan.