Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala kepolisian regional Catalonia, Josep Luis Trapero, dituntut atas dugaan penghasutan pemberontakan karena gagal mengendalikan demonstrasi nasionalis Catalan yang berlangsung beberapa hari sebelum referendum kemerdekaan.
Juru bicara Pengadilan Spanyol mengatakan, Pengadilan Nasional di Madrid pun memanggil Trapero dan tiga tersangka lainnya untuk hadir dalam persidangan yang akan digelar Jumat (6/10) mendatang.
Ketiga tersangka ini diketahui terdiri dari dua kelompok sipil pro-kemerdekaan Catalan, yakni Jordi Cuixart dari Omnium Cultural dan Jordi Sanchez dari Majelis Nasional Catalan (ANC), juga anggota polisi senior Catalan, Teresa Laplana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keempat tersangka itu dituduh melakukan tindakan penghasutan pemberontakan dengan mendorong para demonstran untuk mencegah otoritas berwenang melakukan tugas mereka secara paksa," tutur jubir yang tak ingin disebutkan namanya itu, Rabu (4/10).
Tudingan ini, ucap jubir itu, merujuk pada kerusuhan yang terjadi sekitar tanggal 20 dan 21 September di Barcelona, ketika aparat menyerbu tempat pemungutan suara referendum untuk mencegah upaya kemerdekaan Catalonia.
Diberitakan
AFP, nasionalis Catalan pun merespons tindakan keras itu dengan amarah. Kepolisian Catalan dianggap gagal melakukan intervensi sehingga kerusuhan pun pecah dan referendum tetap berjalan.
Dalam hukum pidana Spanyol, kejahatan penghasutan pemberontakan bisa dihukum hingga 15 tahun penjara terutama jika tindakan itu dilakukan oleh aparat keamanan.
Setelah referendum pemisahan diri Catalonia digelar pada akhir pekan lalu, ketegangan antara wilayah itu dan pemerintah pusat kian terpuruk.
Hasil referendum pada Minggu (1/10) menunjukkan 90 persen dari 5,3 juta warga Catalan memilih mendukung pemisahan diri wilayah itu dari Spanyol.
Perdana Menteri Mariano Rajoy berkeras menolak hasil referendum yang dianggapnya tidak sah karena tak sesuai konstitusi itu. Dia bahkan menilai warga Catalan tengah dibodohi oleh referendum yang hanya ingin memecah belah bangsa.
Meski begitu, Rajoy juga mendapat kritikan dan kecaman dari sejumlah pihak lantaran aparatnya dituduh melakukan tindakan represif selama referendum berlangsung hingga melukai ratusan orang.