Irak Rebut Kirkuk, 100 Ribu Kurdi Kabur Hindari Persekusi

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Jumat, 20 Okt 2017 11:48 WIB
Sekitar 100 ribu Kurdi mengungsi untuk menghindari persekusi setelah Irak merebut Kirkuk, wilayah yang menjadi perebutan pasca referendum kemerdekaan Kurdistan.
Ilustrasi pengungsi di Kirkuk. (Reuters/Alaa Al-Marjani)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 100 ribu orang Kurdi mengungsi untuk menghindari persekusi setelah pasukan Irak merebut Kirkuk, wilayah yang menjadi perebutan pasca referendum kemerdekaan Kurdistan.

Nawzad Hadi, Gubernur ibu kota Kurdistan, Erbil, mengatakan bahwa sebagian besar warga Kurdi dari Kirkuk itu mengungsi ke daerahnya.

Seorang asisten Hadi mengatakan, ada sekitar 18 ribu warga yang mengungsi ke Erbil, sementara puluhan ribu orang Kurdi lainnya kabur ke Sulaimaniya, salah satu wilayah kekuasaan Pemerintahan Regional Kurdistan (KRG) yang aman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Hemin Hawrami, ajudan dari Presiden KRG, Masoud Barzani, mengatakan bahwa eksodus ini terjadi karena "opresi sektarian dan penjarahan" oleh milisi Mobilisasi Populer.
Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan, gelombang persekusi ini dimulai sejak pasukan pemerintah pusat Irak menyapu Kirkuk setelah merebutnya daerah kaya minyak itu pada Senin lalu.

Untuk menghindari bentrokan, pasukan Peshmerga Kurdi memilih untuk mundur, meninggalkan para warga sipil tanpa perlindungan.

Gelombang persekusi dan pengusiran warga sipil, terutama Kurdi, pun tak terhindarkan. Rumah dan tempat bisnis mereka bahkan dibakar hingga rata dengan tanah.

Pada insiden mematikan pertama dalam gelombang tersebut, seorang pria Kurdi tewas, sementara enam lainnya terluka karena dihajar tentara Irak saat sedang berunjuk rasa menentang pendudukan di wilayah tempat tinggal mereka di Khanaqin.
Misi Bantuan untuk Irak PBB pun mendesak pemerintah Irak "untuk mengambil segala langkah guna mengentikan kekerasan dan memastikan semua warga sipil terlindungi dan para pelaku tindak kejahatan, intimidasi, dan penyebab gelombang pengungsi sipil dapat diadili."

Ketegangan antara pemerintah Irak dan KRG ini memanas sejak Kurdistan menggelar referendum untuk melepaskan diri dari pemerintah pusat pada 25 September lalu.

Sebagian besar warga Kurdistan memilih untuk merdeka dari Irak, memicu opresi dari militer pemerintah pusat.

Tentara Irak pun merebut Kirkuk, kota kaya minyak yang selama ini menjadi sumber pendapatan terbesar bagi KRG.

Irak juga mengambil alih kilang minyak utama di Kirkuk, pukulan besar bagi upaya KRG untuk membangun ekonomi setelah mendeklarasikan kemerdekaan. (has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER