Bom Bunuh Diri saat Demo di Afghanistan, Enam Tewas

AFP | CNN Indonesia
Minggu, 03 Des 2017 20:30 WIB
Setidaknya enam orang tewas ketika pelaku bom bunuh diri menyerang demonstrasi politik di Jalalabad, timur Afghanistan. Pelaku belum diketahui.
Bom bunuh diri di Afghanistan menewaskan setidaknya enam orang dan melukai 13 lainnya. (AFP/Noorullah Shirzada)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setidaknya enam orang tewas ketika pelaku bom bunuh diri menyerang demonstrasi politik di Jalalabad, timur Afghanistan, Minggu (3/12).

Kerumunan massa berkumpul di sebuah stadion untuk berdemo mendukung Presiden Ashraf Ghani sebelum serangan itu terjadi, kata juru bicara polisi provinsi Nangarhar, Hazrat Hussain Mashriqiwal.

"Enam orang, termasuk seorang perempuan dan seorang anak, meninggal dunia dan 13 lainnya luka-luka. Semuanya warga sipil," ujarnya kepada AFP melalui sambungan telepon.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumlah korban dikonfirmasi oleh juru bicara pemerintahan provinsi dan direktur kesehatan setempat, yang mengatakan sebagian di antara mereka mengalami luka serius.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini, tapi provinsi Nangarhar dinilai sebagai salah satu tempat aktivitas ISIS, kelompok teror yang mulai masuk ke Afghanistan di akhir 2015.

Taliban juga menunjukkan aktivitas yang tinggi di bagian utara provinsi tersebut.
Sejumlah pejabat Afghanistan dan Amerika Serikat telah meningkatkan serangannya terhadap ISIS dan menyebut para teroris terus kehilangan wilayah. Para anggotanya kini terkepung di dua atau tiga distrik di Nagarhar, berkurang banyak dari Januari lalu saat mereka ada di sembilan wilayah di provinsi.

Namun, kelompok itu juga ikut meningkatkan serangannya di selurh penjuru negeri, terutama di bagian timur Afghanistan dan di Ibu Kota Kabul. Mereka merekrut anggota dan di beberapa lokasi bahkan menantang Taliban di tanah kekuasaannya sendiri.

Bulan lalu, serangan bunuh diri yang diklaim ISIS juga menghantam perkumpulan politik di Kabul, menewaskan 14 orang.
Persaingan politik juga menegang di negara yang menjelang pemilihan umum parlementer ini. Sempat lama tertunda, pemilu yang dijadwalkan digelar tahun depan ini bisa membuka jalan untuk menggelar pemungutan suara presidensial 2019 kelak.

(aal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER