Jakarta, CNN Indonesia -- Duta Besar terpilih Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun, menyatakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan kesalahan besar dengan mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
“Trump tidak paham betul situasi Timur Tengah terutama wilayah Yerusalem. Dia tidak mau mendengarkan. Dia telah melakukan kekerasan politik,” kata Al-Shun kepada wartawan di sela-sela gelaran Bali Democracy Forum ke-10 di Serpong, Banten, Kamis (7/12).
Al-Shun mengatakan negaranya mengecam keras keputusan Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
[Gambas:Video CNN]Menurut Al Shun langkah Trump tersebut menunjukan bahwa Presiden AS ke-45 itu tidak memahami betul situasi dan pergolakan di Timur Tengah, terutama konflik panjang antara Israel dan Palestina yang bersumber dari perebutan kota Yerusalem.
Al Shun juga menilai keputusan itu diambil Presiden Trump atas desakan Israel.
“Israel telah lama menginginkan ini dan telah mendorong Trump untuk mengambil keputusan itu,” kata Al Shun.
Menurutnya, Trump telah melakukan kesalahan besar yang tidak bisa diterima seluruh negara di dunia karena telah menyalahi resolusi internasional, khususnya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) terkait status Yerusalem.
Secara pribadi, Al Shun juga menilai keputusan AS tersebut tidak adil.
“Trump boleh berbicara apa saja, tapi kami tidak akan mempertimbangkan itu. Yerusalem adalah milik seluruh umat Muslim, Kristiani, dan Yahudi. Tapi, Yerusalem tetap menjadi ibu kota Palestina,” kata Al-Shun.
Karena itu, Al Shun meminta dunia internasional untuk terus mendukung Palestina meraih hak kemerdekaan secara penuh, termasuk menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota negaranya.
“Kami akan gelar pertemuan tingkat tinggi terkait hal ini. Liga Arab juga akan segera mendiskusikan keputusan Trump tersebut. Kami meminta komunitas internasional untuk memutuskan ini,” ujar Al Shun.
Trump secara resmi mengumumkan pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Rabu (6/12) siang waktu Washington DC. Dia juga memerintahkan Departemen Luar Negeri AS untuk segera memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Selama ini, Yerusalem berada di pusat pusaran konflik antara Israel dan Palestina. Kedua belah pihak memperebutkan Yerusalem sebagai ibu kota mereka.
Perebutan kota suci bagi umat Muslim dan Kristen itu sudah dimulai sejak lama. Israel akhirnya berhasil merebut Yerusalem saat perang Timur Tengah pada 1967 silam.
Israel kemudian mencaplok daerah tersebut, tapi tak diakui oleh masyarakat internasional. Untuk menegaskan penolakan tersebut, tak ada negara asing yang mendirikan kantor perwakilannya untuk Israel di Yerusalem.
(nat)