Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Vladimir Putin terbang ke Suriah dan memerintahkan sebagian dari kontingen militer Moskow untuk mulai menarik diri per Senin (11/12). Dia menyatakan tugas pasukannya di negara yang dilanda konflik berkepanjangan itu sebagian besar telah selesai.
Pemimpin Rusia yang diprediksi akan dengan mudah kembali terpilih dalam pemilu Maret ini mengumumkan hal tersebut saat melakukan kunjungan mendadak ke pangkalan udara Hmeymim di Suriah. Dalam kunjungan pertama sejak mengintervensi konflik ini, dia berbicara dengan Presiden Bashar al-Assad dan berpidato di hadapan pasukannya.
Usai babak pertama dalam kunjungan diplomatik tiga negara dalam satu hari ini, Putin yang belakangan semakin berpengaruh di Timur Tengah karena kekuatan militernya juga akan bertemu pemimpin Mesir dan Turki untuk berdiplomasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kremlin pertama kali meluncurkan serangan udara di Suriah pada September 2015. Intervensi terbesar di Timur Tengah dalam beberapa dekade terakhir itu terbukti menguntungkan Assad dan kini Putin ingin membantu menengahi proses pedamaian setelah misi militernya selesai.
"Hanya dalam dua tahun, pasukan Rusia dan Suriah telah mengalahkan kelompok paling berpengalaman perang di antara semua teroris internasional," kata Putin di hadapan pasukannya.
"Sebagian yang signifikan" dari pasukan Rusia kini bisa pulang. "Kondisi untuk solusi politik di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa kini telah tercipta," ujarnya. "Tanah Air menanti kalian."
Sementara itu, Washington menanggapi pernyataan Putin dengan skeptis.
"Komentar Rusia soal penarikan pasukan sering kali tidak sesuai dengan pengurangan pasukan yang sesunguhnya terjadi, dan tidak memengaruhi prioritas AS di Suriah," kata juru bicara Pentagon, Erip Pahon sebagaimana dikutip
Reuters.
 Ilustrasi tentara Rusia. (Reuters/Eduard Korniyenko) |
Putin menegaskan bagaimanapun Rusia akan menyisakan cukup kekuatan untuk mencegah kemungkinan bangkitnya ISIS.
Televisi negeri Suriah mengutip Assad berterima kasih kepada Putin atas bantuan Rusia, mengatakan darah para "martir" Moskow telah bercampur dengan darah pasukan Suriah. Siaran itu juga menunjukkan kedua pemimpin negara menyaksikan parade kemenangan tentara Rusia.
Kontribusi utama Rusia selama ini adalah serangan udara, dan dengan kelompok bersenjata Syiah yang lebih banyak bekerja di lapangan, penarikan pasukan ini kemungkinan besar tidak akan banyak mengubah situasi militer di Suriah.
Operasi militer Moskow, yang secara terus menerus disiarkan di negari asalnya, tidak pernah terbayangkan oleh warga Rusia. Walau demikian, langkah ini juga tidak mendapatkan pertentangan seperti intervensi di Afghanistan yang memakan banyak korban di era 1980-an.
Penggunaan kontraktor militer swasta, yang sempat didokumentasi
Reuters namu ditampik oleh Kementerian Pertahanan, membuat Moskow bisa mengurangi jumlah tentara yang gugur.
Secara resmi, kurang dari 50 tentara Rusia gugur dalam operasi ini, tapi jumlah sesungguhnya, termasuk dari kontraktor swasta, diperkirakan jauh lebih tinggi.
(aal)