
Trump Ancam Tuntut Mantan Ajudan terkait 'Fitnah' di Buku
Reuters, CNN Indonesia | Jumat, 05/01/2018 11:56 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump lewat pengacaranya mengatakan akan mencoba menyetop publikasi buku "Fire and Fury: Inside the Trump White House". Ia juga mengancam akan memperkarakan Steve Bannon, mantan ajudan Trump, atas komentarnya di dalam buku yang dianggap fitnah.
Buku yang ditulis oleh Michael Wolff itu dijadwalkan terbit pada Selasa pekan depan, namun dipercepat ke Jumat (5/1) pagi waktu setempat. Isinya, menggambarkan bahwa Trump sebenarnya tak ingin menang pemilu AS 2016 dan tidak siap untuk jabatan presiden.
Mengutip Bannon, buku Wolff juga menyebut Trump tak stabil secara mental dan tak punya kemampuan [untuk menjadi presiden].
"Buku Anda yang berisi pernyataan palsu dan tak berdasar soal Trump menimbulkan, antara lain, pembunuhan karakter karena fitnah, pelanggaran ringan terhadap privasi, campur tangan terhadap relasi kontrak, dan bujukan pelanggaran kontrak," kata pengacara Trump dalam surat kepada Wolff, dilaporkan.
Bannon juga menuding putra sulung Trump, Donald Trump Jr, melakukan kontak dengan pengacara yang terkoneksi dengan Kremlin, dan menyebut putri Trump, Ivanka, "sangat tolol". Ivanka disebut-sebut ingin menjadi presiden AS, mengikuti jejak ayahnya, suatu hari nanti.
Pada Juni 2016, berdasar komentar Bannon dalam buku, terdapat pertemuan dengan sekelompok orang Rusia di Trump Tower di New York. Ia menyebut pertemuan itu "pengkhianatan" dan "tidak patriotik". Pertemuan itu berlangsung setelah Rusia bersumpah akan merusak informasi soal kandidat Partai Demokrat, Hillary Clinton. Don Jr, menantu Trump Jared Kushner dan manajer kampanye Trump Paul Manafort disebut hadir dalam pertemuan.
Namun tak hanya Bannon yang dikutip oleh Wolff. Ada pula sederet ajudan lain yang menyebut hal negatif soal Trump.
Ada Steve Mnuchin dan Reince Priebus yang menyebut Trump "idiot". Gary Cohn menyebut Trump "sangat bodoh", dan H.R McMaster menyebutnya "si tolol".
Pihak penerbit buku, Henry Colt & Co, dalam pernyataan yang dikutip Reuters mengatakan mereka sudah menerima surat dari pengacara Trump, namun mereka tetap akan menerbitkan buku.
Pengacara Trump juga menyurati Bannon pekan ini, untuk memintanya tidak memgumbar informasi rahasia. Bannon disebut sudah melakukan pelanggaran terhadap kontrak dengan berkomunikasi dengan Wolff soal Trump, keluarganya dan kampanye (presiden), dan membuat pernyataan meremehkan serta memfitnah mereka.
Meski begitu, Brannon tak banyak bereaksi setelah buku yang belum terbit ini menjadi kontroversi. Dalam wawancara dengan Breibart News, Bannon menyebut Trump "pria yang hebat" dan berjanji untuk terus mendukung agenda Presiden Trump.
"Ia menyebut saya pria yang hebat tadi malam jadi ia jelas mengubah pendiriannya dengan cepat," kata Trump kepada reporter pada Kamis (4/1). "Saya tidak berbicara kepadanya. Itu salah."
Sementara itu, Juru Bicara Gedung Putin Sarah Sanders mengatakan bahwa buku Wolff "sampah" yang dibuat oleh "penulis yang tak pernah terdengar namanya hingga hari ini."
Pada Kamis, Gedung Putih juga mengatakan melarang gawai pribadi, termasuk telepon seluler, di Sayap Barat Gedung Putih mulai pekan depan karena alasan keamanan.
Sebelumnya, ketika masih bekerja sama, Bannon disebut membantu Trump untuk menjadi sosok populis dengan pesan anti-kemapanan. Ia juga yang menyambungkan Trump dengan kelompok konservatif garis keras yang mendukung Trump dalam pemilu.
Namun hubungan mereka berakhir, setelah adanya penyelidikan soal dugaan bahwa tim kampanye Trump berkolusi dengan Rusia untuk membantunya menang pemilu AS. (stu)
Buku yang ditulis oleh Michael Wolff itu dijadwalkan terbit pada Selasa pekan depan, namun dipercepat ke Jumat (5/1) pagi waktu setempat. Isinya, menggambarkan bahwa Trump sebenarnya tak ingin menang pemilu AS 2016 dan tidak siap untuk jabatan presiden.
Mengutip Bannon, buku Wolff juga menyebut Trump tak stabil secara mental dan tak punya kemampuan [untuk menjadi presiden].
"Buku Anda yang berisi pernyataan palsu dan tak berdasar soal Trump menimbulkan, antara lain, pembunuhan karakter karena fitnah, pelanggaran ringan terhadap privasi, campur tangan terhadap relasi kontrak, dan bujukan pelanggaran kontrak," kata pengacara Trump dalam surat kepada Wolff, dilaporkan.
Pada Juni 2016, berdasar komentar Bannon dalam buku, terdapat pertemuan dengan sekelompok orang Rusia di Trump Tower di New York. Ia menyebut pertemuan itu "pengkhianatan" dan "tidak patriotik". Pertemuan itu berlangsung setelah Rusia bersumpah akan merusak informasi soal kandidat Partai Demokrat, Hillary Clinton. Don Jr, menantu Trump Jared Kushner dan manajer kampanye Trump Paul Manafort disebut hadir dalam pertemuan.
Ada Steve Mnuchin dan Reince Priebus yang menyebut Trump "idiot". Gary Cohn menyebut Trump "sangat bodoh", dan H.R McMaster menyebutnya "si tolol".
Pihak penerbit buku, Henry Colt & Co, dalam pernyataan yang dikutip Reuters mengatakan mereka sudah menerima surat dari pengacara Trump, namun mereka tetap akan menerbitkan buku.
Pengacara Trump juga menyurati Bannon pekan ini, untuk memintanya tidak memgumbar informasi rahasia. Bannon disebut sudah melakukan pelanggaran terhadap kontrak dengan berkomunikasi dengan Wolff soal Trump, keluarganya dan kampanye (presiden), dan membuat pernyataan meremehkan serta memfitnah mereka.
Meski begitu, Brannon tak banyak bereaksi setelah buku yang belum terbit ini menjadi kontroversi. Dalam wawancara dengan Breibart News, Bannon menyebut Trump "pria yang hebat" dan berjanji untuk terus mendukung agenda Presiden Trump.
Sementara itu, Juru Bicara Gedung Putin Sarah Sanders mengatakan bahwa buku Wolff "sampah" yang dibuat oleh "penulis yang tak pernah terdengar namanya hingga hari ini."
Pada Kamis, Gedung Putih juga mengatakan melarang gawai pribadi, termasuk telepon seluler, di Sayap Barat Gedung Putih mulai pekan depan karena alasan keamanan.
Sebelumnya, ketika masih bekerja sama, Bannon disebut membantu Trump untuk menjadi sosok populis dengan pesan anti-kemapanan. Ia juga yang menyambungkan Trump dengan kelompok konservatif garis keras yang mendukung Trump dalam pemilu.
Namun hubungan mereka berakhir, setelah adanya penyelidikan soal dugaan bahwa tim kampanye Trump berkolusi dengan Rusia untuk membantunya menang pemilu AS. (stu)
ARTIKEL TERKAIT

Eks Kontraktor NSA Mengaku Curi Dokumen Intelijen AS
Internasional 1 tahun yang lalu
Trump Gelar Pemilihan 'Fake News Award'
Internasional 1 tahun yang lalu
Setelah Teror Truk, New York Tambah 1.500 Tonggak Trotoar
Internasional 1 tahun yang lalu
Masjid di AS Bantu Pelaku Vandalisme Bebas dari Ancaman Bui
Internasional 1 tahun yang lalu
Presiden Trump Disebut Lontarkan 1.950 Pernyataan Sesat
Internasional 1 tahun yang lalu
Remaja AS Bantai Keluarga di Malam Tahun Baru
Internasional 1 tahun yang lalu
BACA JUGA

VIDEO: Perang Dagang AS-Cina Disebut Segera Berakhir
Ekonomi • 22 February 2019 05:53
Trump Sinyalkan Perpanjangan Waktu Negosiasi Perang Dagang
Ekonomi • 20 February 2019 11:32
Babak Baru Negosiasi Perang Dagang AS-China Dimulai Hari Ini
Ekonomi • 19 February 2019 11:39
Habitat Kupu-Kupu Langka Terancam Digusur demi Tembok Trump
Gaya Hidup • 16 February 2019 19:37
TERPOPULER

Remaja Simpatisan ISIS Memohon Belas Kasihan Inggris
Internasional • 2 jam yang lalu
Presiden Venezuela Tutup Perbatasan dengan Brasil
Internasional 4 jam yang lalu
Lawatan Putra Mahkota Saudi, China Tetap Berkawan Dengan Iran
Internasional 6 jam yang lalu