Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 20 negara mengirim menteri luar negeri mereka dalam pertemuan di Vancouver, Kanada, Senin (15/1) untuk membahas program misil dan nuklir Korea Utara (Korut).
Dalam pertemuan antarnegara yang tergabung dalam Grup Vancouver itu, Amerika Serikat mengatakan tekanan untuk memberikan sanksi pada Korea Utara harus tetap dipertahankan.
Dikutip
Reuters, Rabu (17/1), tekanan sanksi untuk Korut harus dipelihara, agar Korut mau menghentikan pengembangan program nuklirnya. Demikian dikatakan Sekretaris Negara AS Rex Tillerson.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono mengatakan bahwa dunia seharusnya tidak naif dengan dialog yang akan dijalin Korut dan Korea Selatan menjelang Olimpiade Musim Dingin bulan depan.
"Bukan saatnya untuk mengurangi tekanan kepada Korea Utara," katanya.
"Fakta bahwa Korea Utara terlibat dalam dialog dapat diartikan sebagai bukti bahwa sanksi tersebut sedang berjalan,” tambah Taro Kono.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah menolak untuk menghentikan pengembangan rudal nuklir yang mampu menghancurkan AS tersebut, meski akan ada sanksi berat yang diberlakukan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Adapun dalam pertemuan 20 negara di Vancouver tidak dihadiri China dan Rusia. Ketidakhadiran kedua negara dalam pertemuan ini membuat sejumlah pihak pesimis pertemuan ini efektif, terlepas dari apapun kesepakatan yang nantiya dicapai.
Pertemuan yang dilangsungkan dua hari ini dilakukan di tengah kesepakatan Korut dan Korsel untuk meredakan ketegangan militer. Kedua negara akan melakukan dialog lanjutan, meski belum diketahui pasti kapan dialog itu dilakukan.
Dikutip
AFP, 20 negara yang melakukan pertemuan di Vancouver ini merupakan negara-negara yang terlibat dalam Perang Korea pada 1950-51. Di antaranya Australia, Inggris, Prancis, India, Jepang, Filipina, dan Korsel.
(osc)