Jakarta, CNN Indonesia -- Setidaknya 10 orang tewas dan 100 luka-luka saat separatis selatan
Yaman bertempur melawan pasukan pemerintahan di Aden. Peristiwa ini memperparah perpecahan antara dua pasukan yang sempat bekerja sama ini.
Pertempuran terparah antara para separatis selatan yang beraliansi kepada Uni Emirat Arab dan pasukan yang loyal kepada pemerintah sokongan
Arab Saudi ini berisiko menghambat peperangan melawan Houthi di utara Yaman.
Pertempuran mereda pada malam hari setelah Perdana Menteri Ahmed bin Daghr memerintahkan gencatan senjata dan menginstruksikan pasukan pendukung pemerintah untuk kembali ke Barak, kata sejumlah saksi yang dikutip
Reuters, Senin (29/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di malam hari, beberapa toko tampak buka, tapi sebagian besar jalanan sepi.
Yaman terpecah oleh konflik selama tiga tahun antara pemerintah Presiden Abd-Rabbou Mansour Hadi yang didukung Arab Saudi dan kelompok Houthi.
Pertempuran terbaru ini pecah menyusul berlalunya masa tenggat yang diberikan para separatis Dewan Transisional Selatan (STC) kepada Hadi untuk membubarkan pemerintahan bin Daghr yang dinilai korup. Pemerintah menampik tudingan tersebut.
Orang-orang bersenjata dikerahkan di sebagian besar distrik Aden dan terjadi baku tembak senjata otomatis disertai ledakan di kota pelabuhan tersebut, kata sejumlah saksi
Reuters.
Separatis bersenjata tampaknya unggul dengan merebut pangkalan militer penting di Khor Maksar di utara Aden. Selain itu, mereka juga merebut sejumlah bangunan dair tentara pendukung Hadi.
Warga setempat menyatakan ratusan demonstran pro-Selatan sempat berkumpul di alun-alun.
Rumah Sakit menyatakan setidaknya sembilan tentara dan satu perempuan tewas dalam pertempuran. Dokter Tanpa Batas menyatakan 86 orang korban luka tengah menjalani perawatan, termasuk tujuh orang dari satu keluarga yang mobilnya terhantam peluru meriam.
[Gambas:Video CNN] (aal)