Maduro, Mengecam Amerika Demi Dukungan Publik

Natalia Santi | CNN Indonesia
Selasa, 13 Mar 2018 13:02 WIB
Sejak sebelum menjadi presiden, Nicolas Maduro, 'rajin' mengecam kebijakan Amerika Serikat terhadap Venezuela.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro bersama foto mendiang Presiden Hugo Chavez. ( REUTERS/Jorge Silva)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nicolas Maduro mewarisi kondisi ekonomi yang cukup berat dengan inflasi naik lebih dari 50 persen per tahun, saat mengambil alih peran Presiden Hugo Chavez pada Mei 2013. Tak lama setelah Presiden Venezuela itu wafat karena kanker.

Pria kelahiran 23 November 1962 itu memenangkan pemilihan yang digelar 14 April 2013 dengan menjanjikan bakal mempertahankan kebijakan mendiang Presiden Chavez. Maduro berjamji untuk meneruskan proyek politik Chavez yakni membangun sosialisme abad ke-21.

Kepada para pendukungnya, Maduro menyatakan, "Saya bukan Chavez, tapi saya putranya." Dia menyatakan bangga untuk melanjutkan "Chavismo" gerakan politik yang dipelopori Chavez.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski tak punya hubungan darah, namun sedikitnya dalam satu penampilan publik terakhir Chavez menyebut Maduro sebagai calon pengantinya.

"Pendapat saya, sejernih bulan purnama, tak dapat dibatalkan, mutlak dan total adalah Anda memilih Nicolas Maduro sebagai Presiden," kata Chavez pada Desember terakhir sebelum kematiannya, sambil melambaikan salinan konstitusi Venezuela.

"Dari lubuk hati terdalam, saya meminta hal ini kepada Anda. Dia satu-satunya peimpin muda dengan kemampuan terbesar untuk melanjutkan, jika saya tidak bisa," kata Chavez seperti dilansir CNN kala itu.

Maduro adalah pejabat penting di pemerintahan Chavez. Demikian pula istrinya Cilia Flores, mantan Jaksa Agung Venezuela.

Karier politiknya dimulai pada era 1980-an, saat dia membentuk serikat pekerja informal yang mewakili sopir bus di Caracas Metro, tempatnya bekerja.

Awal 1990-an, dia bergabung dengan Gerakan Revolusioner Bolivaria-200 dan berkampanye untuk membebaskan Chavez dari penjara. Pada 1998 dia terpilih sebagai anggota Venezuelan Chamber of Deputies dan anggota Parlemen pada 2000. Pada 2005, dia terpilih menjadi ketuanya.

Setahun kemudian, meski tidak bisa berbahasa asing apapun, Maduro dipilih sebagai menteri luar negeri. Kebijakannnya merangkul Kuba dan Libya yang saat itu dipimpin oleh diktator Moamar Khadafy. Dia juga pengkritik kebijakan Amerika Serikat terhadap Venezuela.

Saat Departemen Keuangan AS menyebut empat pejabat Venezuela dalam daftar pengedar obat-obatan terlarang pada 2011, Maduro menuduh AS bertindak sebagai polisi dunia yang dengan salah menyebut 'empat warga terhormat dari negeri kita sebagai penyelundup obat-obatan terlarang.'

"Sebuah negara seperti itu tak punya otoritas moral untuk menghakimi para jenderal dan pejabat Venezuela," kata Maduro. "Kami menolak dan meyakini mafia penyelundupan obat-obatan terlarang sebenarnya ada di sana, dalam masyarakat yang sakit di Amerika Serikat."

Maduro pernah ditahan pemeriksaan keamanan Bandara Internasional John F. Kennedy New York pada 2006. Saat itu dia langsung mengecam pemerintah AS sebagai 'rasis' dan "Nazi'serta tidak menghargai negara-negara Amerika Latin.

Setelah Chavez memenangkan pemilihan presiden pada 2012, dia digandeng sebagai Wakil Presiden. Sejak kematian Chavez pada 5 Maret 2013, retorika anti-AS Maduro makin menjadi-jadi. Selain menuduh Pentagon dan CIA berkomplot untuk mendestabilisasikan Venezuela, Maduro juga menuding bahwa AS kemungkinan yang menyebabkan Chavez menderita kanker.



Beberapa pengamat mengatakan tuduhan-tuduhan tersebut, yang dibantah AS, meningkatkan dukungan terhadap Maduro di dalam negeri.

Pada pemilihan April 2013, Maduro menang tipis dari oposisi Henrique Caprilas Radonski. Meski Radonski menyebut ada sekitar 3.000 pelanggaran yang dilakukan Maduro.

Kepemimpinan Maduro terbukti kontroversial sejak awal. Baru pada semester pertama 2014, warga Venezuela turun ke jalan untuk memprotes pemerintahannya. Naiknya harga minyak tidak membuat negara anggota OPEC, penghasil minyak itu tambah makmur, perekonomian malah semakin mundur. Tindak kejahatan juga meningkat di masa pemerintahan Maduro.

Pada 2014, Maduro disebut Majalah Time sebagai "100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia."

(nat)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER