Jakarta, CNN Indonesia -- Donald Trump membela diri saat dikritik karena mengucapkan selamat atas kemenangan Vladimir Putin dalam pemilihan presiden Rusia. Presiden Amerika Serikat menyatakan dirinya ingin Moskow membantu menyelesaikan krisis Korea Utara, Suriah dan lain-lain.
Trump dikritik oleh para politikus Demokrat dan bahkan dari partainya sendiri, Republik. Selain memberi selamat atas terpilih kembalinya Putin, Trump juga menyatakan kedua pemimpin negara berencana bertemu "tak akan lama lagi."
The Washington Post, sebagaimana dikutip
Reuters pada Kamis (22/3), melaporkan bahwa Trump sudah diperingatkan agar tidak memberi selamat kepada Putin. Gedung Putih menyatakan siapapun yang membocorkan surat berisi peringatan itu bisa dipecat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang dekat Trump yang enggan disebut namanya mengatakan Sang Presiden marah atas kebocoran surat itu. Sementara itu, seorang pejabat Gedung Putih menyebut John Kelly, kepala staf Trump, merasa "frustrasi dan kecewa."
Dalam dua twit soal percakapan teleponnya dengan Putin, Trump mengatakan organisasi berita AS "ingin saya bredel. Mereka salah! Berhubungan baik dengan Rusia (dan pihak lain) adalah hal yang baik, bukan sesuatu yang buruk."
"Mereka bisa bantu menyelesaikan masalah dengan Korea Utara, Suriah, Ukraina, ISIS, Iran dan bahkan lomba senjata yang akan datang," kata Trump.
Ucapan selamat Trump buat Putin dilontarkan beberapa saat setelah ia bersama Inggris menuding Rusia terlibat dalam serangan racun saraf terhadap seorang mata-mata Kremlin di Inggris, belum lama ini.
Ucapan Trump mendapatkan banyak kritik sementara ia masih disidik dalam kasus dugaan kolusi tim kampanyenya dengan Rusia dalam pemilu 2016.
Tawaran Trump kepada Putin juga dikritik kerasa oleh pihak yang meyakini pemilu Rusia akhir pekan kemarin telah dicurangi.
(aal)