Jakarta, CNN Indonesia -- Permintaan
Rusia untuk menggelar penyelidikan bersama terhadap serangan racun yang menimpa mantan agen gandanya di
Inggris gagal, setelah organisasi pengawas senjata kimia dunia menolaknya dengan perbandingan suara 15-6, Rabu (5/4).
Rusia meminta eksekutif pengambil keputusan dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) untuk mengadakan rapat darurat dalam rangka menepis tudingan Inggris bahwa Moskow berada di balik serangan racun saraf terhadap Sergei Skripal dan putrinya di Salisbury 4 Maret lalu.
Badan keamanan Inggris meyakini pihaknya telah menemukan lokasi laboratorium Rusia yang memproduksi Novichok, senjata yang digunakan dalam serangan di Salisbury. Berdasarkan laporan The Times yang dikutip Reuters, Inggris mengetahui keberadaan pabrik itu sebelum serangan terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan tersebut mengutip sumber dari pihak keamanan yang enggan disebutkan namanya. Dia mengatakan Inggris "sangat percaya diri soal lokasi tersebut."
Tudingan Inggris dibantah keras oleh Moskow. Peristiwa ini juga memicu pengusiran diplomat oleh sekutu Inggris di Barat, termasuk Amerika Serikat, dan tindakan balasan dari Rusia.
Ketika rapat digelar pada Rabu, Rusia mengajukan rencana investigasi bersama soal serangan racun itu karena tidak diundang untuk berpartisipasi dalam penyelidikan independen yang dilakukan OPCW atas permintaan Inggris. Hasilnya diperkirakan akan keluar pekan depan.
Inggris menyebut ajakan Rusia itu merupakan upaya "jahat" yang bertujuan untuk menghindari tudingan terkait insiden yang menimpa Skripal, dan merupakan bagian dari operasi disinformasi yang dilakukan Moskow.
Duta besar Rusia untuk OPCW, Aleksander Shulgin, mengonfirmasi pihaknya kalah dalam pemungutan suara.
Secara terpisah di hari yang sama, Rusia meminta rapat terbuka diadakan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Kamis (5/4) ini, membahas tudingan Inggris terhadap Moskow. Hal itu disampaikan oleh dubesnya untuk PBB, Vassily Nebenzia.
Sementara, Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson menyambut baik kekalahan Rusia.
[Gambas:Video CNN]"Rusia punya satu tujuan sejak mencoba pembunuhan di tanah Inggris menggunakan senjata kimia kelas militer--mengaburkan kenyataan dan membingungkan publik," kata Johnson melalui pernyataan.
"Masyarakat internasional lagi-lagi melihat taktik ini dan dengan keras mengalahkan upaya Rusia hari ini untuk menggagalkan proses internasional yang sepantasnya."
Rapat tertutup OPCW itu sempat memicu kata-kata tajam dari perwakilan pihak Inggris dan Rusia.
Melalui Twitter, delegasi Inggris menyebut ide Moskow mengadakan investigasi bersama adalah "taktik pengalihan, dan disinformasi lain untuk menghindari pertanyaan yang mesti dijawab pihak berwenang Rusia."
John Foggo, pelaksana tugas utusan Inggris, mengatakan keberkerasan Rusia menuding serangan itu mungkin dilakukan Inggris, Amerika Serikat atau Swedia merupakan pernyataan yang "tak tahu malu, tidak masuk akal."
Dalam konferensi pers, Shulgin mengatakan pengambilan suara itu menunjukkan lebih dari separuh anggota OPCW "menolak mengasosiasikan diri dengan sudut pandang Barat" - merujuk pada negara-negara yang mendukung ajakan Rusia atau abstain.
Dia kembali menyatakan Rusia tidak terlibat dalam serangan terhadap Skripal, yang menurutnya tampak seperti "serangan teroris."
Shulgin juga mengatakan pernyataan Inggris merupakan "aliran kotor kebohongan ... jelas phobia Rusia."
(aal)