Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Donald Trump dan para penasihat keamanan nasionalnya tengah mendiskusikan opsi
Amerika Serikat di Suriah. Sementara itu,
Rusia menyuarakan kekhawatiran akan konflik lebih luas antara Washington dan Moskow.
Kekhawatiran konfrontasi antara Rusia dan negara-negara Barat terus meningkat sejak Trump mengatakan akan menyerang Suriah dengan peluru kendali dan mengecam Moskow karena mendukung Presiden Bashar al-Asssad.
Vassily Nebenzia, duta besar Moskow untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengatakan dirinya "tidak bisa mengecualikan" perang antara Amerika Serikat dan Rusia. Dia pun meminta Washington dan para sekutunya tak melakukan aksi militer terhadap Suriah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Prioritas utama adalah menghindari bahaya perang," ujarnya kepada wartawan, dikutip
Reuters, Jumat (13/4). Dia berharap semuanya bisa diperbaiki sebelum terlambat.
Ancaman Trump dilontarkan sebagai respons atas serangan kimia yang diduga dilakukan oleh pemerintah Suriah. Meski mengisyaratkan akan segera mengambil langkah militer, Trump seolah berubah pikiran sehari setelahnya.
Lewat Twitter pada Kamis, Trump mengatakan dirinya "tidak pernah menyebutkan kapan serangan itu akan dilakukan. Bisa dalam waktu dekat atau tidak secepat itu!"
Walau demikian, Trump tidak menepikan rencananya menanggapi serangan kimia yang diduga dilakukan pemerintah Suriah itu.
Suriah dan Rusia sama-sama menampik dugaan serangan tersebut.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis mengatakan dirinya meyakini serngan itu sungguh terjadi.
Ia menyebut negaranya menginginkan lokasi segera diawasi karena pengumpulan bukti akan semakin sulit seiring dengan berjalannya waktu.
Mattis yang berbicara dalam sidang Komite Militer Dewan Perwakilan AS menolak untuk membahas rencana militer di Suriah.
(aal)