Jakarta, CNN Indonesia -- Kantor berita resmi
KCNA untuk pertama kalinya menggunakan istilah "Ibu Negara" untuk menyebut istri
Kim Jong-un, Ri Sol-ju, satu langkah yang dianggap sebagai upaya
Korea Utara menghapus jejak komunis masa lalu.
Hal ini diamini oleh sejumlah pengamat, termasuk Direktur Senior Institut Ekonomi Korea, Troy Stangarone.
"Di Korea Utara tak ada yang kebetulan. Semua gerakan diatur dengan alasan tertentu," ujar Stangarone yang kemudian mengatakan bahwa sebutan itu membuat Ri "lebih masuk ke dalam norma Barat dan membantu menghilangkan jejak komunis masa lalu."
Stangarone kemudian menjelaskan bahwa sebelumnya Korut selalu menyebut istri pemimpin tertinggi mereka dengan istilah 'kamerad'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebutan 'Ibu Negara' terakhir kali digunakan Korea Utara pada medioa 1970-an untuk istri Kim Il-sung, Kim Song-ae.
"Peningkatan status Ri tak hanya memperkuat status keluarga Kim di Korut, tapi juga mengubah persepsi internasional atas rezim tersebut," ucap Stangarone kepada
CNN.
Menurut Stangarone, upaya Korut mengubah persepsi internasional ini sebenarnya sudah terlihat sejak awal tahun ini, ketika Kim mengutus adik perempuannya, Kim Yo-jong, untuk menghadiri Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan.
Beberapa bulan kemudian, baru lah Ri terlihat menghadiri pertunjukan tari Balet Nasional China dalam rangkaian perayaan hari kelahiran Kim Il-sung, tanpa didampingi Kim Jong-un.
Di sela acara tersebut, Ri sempat berbincang dengan kepala Departemen Internasional Partai Komunis China.
 Ri terlihat menghadiri pertunjukan tari balet dari China dalam rangkaian perayaan hari kelahiran Kim Il-sung, tanpa didampingi Kim Jong-un. (KCNA/via Reuters) |
Koordinator Internasional Women Cross DMZ, Christine Ahn, pun mengatakan bahwa kedua perempuan ini diberi peran penting dalam diplomasi Korut untuk mengadvokasi perdamaian di Semenanjung Korea.
"Kami di Women Cross DMZ merasa sangat bahagia dan sangat berharap pada upaya diplomatik dan perdamaian dari semua pihak, Seoul, Pyongyang, Washington, dan Beijing, dan menyambut baik partisipasi perempuan, termasuk dari Korut, di semua tingkatan," katanya.
Selain keterlibatan perempuan, Korut juga dianggap mengubah citra mereka di komunitas internasional dengan serentetann gestur damai.
Pada Maret lalu, Kim untuk pertama kalinya melakukan lawatan luar negeri dengan mengunjungi Presiden China, Xi Jinping, di Beijing.
Kim juga akan bertemu dengan Presiden Korsel, Moon Jae-in, pada 27 April mendatang. Sekitar satu bulan setelahnya, Kim dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS, Donald Trump. "Semua langkah ini memiliki satu tujuan, yaitu untuk membentuk ulang citra rezim," kata Stangarone kepada
CNN.
(has)