Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membersihkan ketombe di bahu Presiden Perancis, Emmanuel Macron, untuk menunjukkan bahwa kedua pemimpin "memiliki hubungan yang spesial."
"Kami memiliki hubungan yang sangat spesial. Faktanya, saya akan membersihkan ketombe kecil itu. Kita harus membuatnya sempurna. Dia sempurna," ujar Trump yang langsung disambut tawa Macron dan para wartawan di Gedung Putih, Selasa (24/4).
Trump dan Macron pun menyampaikan kesamaan visi mereka dalam beberapa isu, termasuk perjanjian nuklir dengan Iran. Kedua pemimpin itu menganggap harus ada pembaruan perjanjian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski negara-negara Eropa mendesak agar AS tetap mengikuti perjanjian untuk memangkas kemampuan nuklir Iran itu, Trump tetap menyebut kesepakatan tersebut "gila" dan "konyol."
Ia mengatakan bahwa saat ini AS sedang membidik satu kesepakatan "lebih luas" yang juga dapat tetap membatasi program rudal balistik Iran dan dukungan Teheran terhadap kelompok militan di Timur Tengah.
"Mereka harus membuat kesepakatan yang mencakup Yaman, Suriah, dan bagian lain di Timur Tengah. Ke mana pun kalian pergi di Timur Tengah, kalian melihat sidik jari Iran di balik masalah mereka," ucap Trump, sebagaimana dikutip
AFP.
Setelah bertemu dengan Trump, Macron mengaku tetap tak mengetahui sikap presiden AS itu, akan meninggalkan kesepakatan nuklir itu atau tidak saat tenggat waktu pada 12 Mei nanti.
"Saya dapat mengatakan bahwa kami terlibat dalam diskusi yang sangat jujur mengenai itu, hanya kami berdua," kata Macron di samping Trump.
Macron kemudian mengatakan bahwa ia berharap "sekarang dapat membahas kesepakatan baru dengan Iran" tanpa menyebut jelas isu nuklir.
Sementara itu, negara Eropa lainnya tetap berharap AS tak menarik diri dari perjanjian yang menjanjikan pencabutan sanksi dengan timbal balik Iran tak memproduksi uranium hingga tahap dapat membuat senjata nuklir itu.
Iran sendiri sudah mengancam akan melanjutkan aktivitas pengayaan uranium jika Trump meninggalkan kesepakatan itu, memicu amarah sang Presiden AS.
"Mereka tidak akan memulai kembali apa pun. Jika mereka mengulang perbincangan lagi, mereka akan memiliki masalah yang lebih besar, lebih besar dari sebelumnya," kata Trump.
(has)