
Soal Kesepakatan Nuklir, Israel Nyatakan Tak Mau Perangi Iran
Reuters, CNN Indonesia | Rabu, 02/05/2018 17:56 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Israel menyatakan tak mau berperang melawan Iran dan menyiratkan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendukung upaya terbaru Tel Aviv membatalkan kesepakatan nuklir 2015.
Israel berupaya membatalkan kesepakatan itu dengan mengungkap bukti terkait aktivitas senjata nuklir Teheran di masa lalu. Dikutip Reuters pada Rabu (2/5), seorang pejabat senior negara tersebut mengatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memberi tahu Trump soal bukti-bukti itu pada pertemuan 5 Maret lalu.
Sejumlah pejabat AS dan Israel menyatakan informasi itu menunjukkan bahwa Iran sempat berbohong soal aktivitasnya di masa lalu demi mengembangkan senjata nuklir. Namun, para pakar intelijen menyebut tidak ada bukti konkret Teheran telah melanggar perjanjian yang membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi itu.
Sementara itu, Teheran menampik tudingan membuat senjata nuklir, menyebut Netanyahu sebagai "bocah yang berteriak serigala," dan menilai presentasinya atas bukti-bukti itu adalah propaganda semata.
Pada pertemuan Maret lalu, Trump sepakat Israel mempublikasikan informasi itu sebelum 12 Mei, sehari sebelum ia dijadwalkan menentukan tindak lanjut AS terkait kesepakatan nuklirnya dengan Iran, kata pejabat yang dikutip secara anonim.
Konsultasi antara Trump dan Netanyahu menggarisbawahi persepsi upaya terkoordinasi kedua pemimpin negara dalam rangka membatalkan kesepakatan internasional itu.
Seorang pejabat AS mengatakan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo yang saat itu masih menjabat sebagai direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) juga mendapatkan penjelasan terkait hal ini. Selain itu, ada pula Menteri Pertahanan Jim Mattis dan mantan pensihat keamanan Gedung Putih HR McMaster.
Trump memberi tenggat waktu hingga 12 Mei bagi Inggris, Perancis dan Jerman untuk memperbaiki hal yang dia sebut sebagai kecacatan pada perjanjian itu, yakni kegagalan untuk menghentikan program peluru kendali balistik Iran dan masa kedaluwarsa sejumlah aspek yang disepakati. Jika tidak, Presiden AS akan menjatuhkan kembali sanksi untuk Teheran.
Trump belum menyinggung apakah ia akan menarik AS dari perjanjian itu.
Meski sejumlah pakar nonproliferasi dan seorang pejabat Amerika menyatakan jelas Netanyahu berupaya menghambat perjanjian itu, mereka juga menyebut Trump bisa menggunakan informasi dari Israel untuk menuntut penyelidikan lebih dalam pada program nuklir Iran.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA), lewat perjanjian 2015 diberikan hak untuk mendapatkan akses situs Iran yang dicurigai dan klaim dari pihak Israel bisa menyediakan peta untuk menjalankan penyelidikan tersebut.
(aal)
Israel berupaya membatalkan kesepakatan itu dengan mengungkap bukti terkait aktivitas senjata nuklir Teheran di masa lalu. Dikutip Reuters pada Rabu (2/5), seorang pejabat senior negara tersebut mengatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memberi tahu Trump soal bukti-bukti itu pada pertemuan 5 Maret lalu.
Sejumlah pejabat AS dan Israel menyatakan informasi itu menunjukkan bahwa Iran sempat berbohong soal aktivitasnya di masa lalu demi mengembangkan senjata nuklir. Namun, para pakar intelijen menyebut tidak ada bukti konkret Teheran telah melanggar perjanjian yang membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi itu.
Sementara itu, Teheran menampik tudingan membuat senjata nuklir, menyebut Netanyahu sebagai "bocah yang berteriak serigala," dan menilai presentasinya atas bukti-bukti itu adalah propaganda semata.
Konsultasi antara Trump dan Netanyahu menggarisbawahi persepsi upaya terkoordinasi kedua pemimpin negara dalam rangka membatalkan kesepakatan internasional itu.
Seorang pejabat AS mengatakan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo yang saat itu masih menjabat sebagai direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) juga mendapatkan penjelasan terkait hal ini. Selain itu, ada pula Menteri Pertahanan Jim Mattis dan mantan pensihat keamanan Gedung Putih HR McMaster.
Trump memberi tenggat waktu hingga 12 Mei bagi Inggris, Perancis dan Jerman untuk memperbaiki hal yang dia sebut sebagai kecacatan pada perjanjian itu, yakni kegagalan untuk menghentikan program peluru kendali balistik Iran dan masa kedaluwarsa sejumlah aspek yang disepakati. Jika tidak, Presiden AS akan menjatuhkan kembali sanksi untuk Teheran.
Lihat juga:Israel Sebut Iran Bohong Soal Senjata Nuklir |
Meski sejumlah pakar nonproliferasi dan seorang pejabat Amerika menyatakan jelas Netanyahu berupaya menghambat perjanjian itu, mereka juga menyebut Trump bisa menggunakan informasi dari Israel untuk menuntut penyelidikan lebih dalam pada program nuklir Iran.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA), lewat perjanjian 2015 diberikan hak untuk mendapatkan akses situs Iran yang dicurigai dan klaim dari pihak Israel bisa menyediakan peta untuk menjalankan penyelidikan tersebut.
(aal)
ARTIKEL TERKAIT

Temui Abbas, PM Abe Janji Tak Akui Yerusalem Ibu Kota Israel
Internasional 1 tahun yang lalu
Israel Sebut Iran Bohong Soal Senjata Nuklir
Internasional 1 tahun yang lalu
Suriah Sebut Markas Militernya Diserang Rudal
Internasional 1 tahun yang lalu
AS Tegaskan Pemindahan Kedutaan ke Yerusalem pada 14 Mei
Internasional 1 tahun yang lalu
ISIS Rilis Video Eksekusi Dua Advokator Iran
Internasional 1 tahun yang lalu
Tiga Warga Palestina Ditembak Mati israel Saat Kerusuhan
Internasional 1 tahun yang lalu
BACA JUGA

Kemenkeu Ramal Perang Dagang Lanjut Walau Trump Kalah Pilpres
Ekonomi • 10 December 2019 07:51
BI Cermati Ekonomi AS di Bawah Trump
Ekonomi • 09 December 2019 10:21
Trump Kecam Bank Dunia Karena Beri Pinjaman ke China
Ekonomi • 07 December 2019 23:33
Pakai Teknologi Nuklir, Beras Lebih Pulen dan Cepat Panen
Teknologi • 06 December 2019 06:54
TERPOPULER

Meksiko Negara Paling Mematikan bagi Jurnalis Sepanjang 2019
Internasional • 5 jam yang lalu
Kebakaran Hutan di Australia Lebih Parah dari RI dan Brasil
Internasional 6 jam yang lalu
Sidang Gugatan, Myanmar Didesak Setop Pembantaian Rohingya
Internasional 6 jam yang lalu