Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir 50 migran ditemukan tewas tenggelam di laut Mediterania saat mencoba mencapai daratan Eropa dari Afrika, Minggu (3/6).
Otoritas Tunisia menyatakan sekitar 48 jenazah berhasil dievakuasi dan dibawa ke pesisir pantai negra tersebut, di kota Sfax. Sementara itu sekitar 68 orang berhasil diselamatkan. Salah seorang korban selamat mengatakan, kapal yang mereka tumpangi terbalik di lautan karena kelebihan muatan orang.
"Perahu itu kapasitas maksimalnya sekitar 75-90 orang, namun ada lebih dari 180 kami [dalam perahu saat tenggelam]" ujar salah seorang korban selamat, Wael Ferjani seperti dikutip dari
AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika air masuk ke dalam perahu, beberapa penumpang melompat ke laut sehingga tenggelam.
Pencarian dan pengumuman korban tewas diumumkan otoritas Tunisia sekitar pukul 19.00 WIB. Pengumuman itu juga menandai berakhirnya operasi penyelamatan. Operasi penyelamatan korban akan dilakukan kembali pada Senin (4/6) pagi.
Dalam korban yang tak bisa diselamatkan nyawanya ada tujuh anak di bawah umur tenggelam dari sembilan dalam kapal tersebut.
Korban anak yang paling besar adalah usia 14 tahun, sementara paling muda berusia tiga tahun.
Sebelumnya, diketahui kelompok migran tersebut bermaksud meraih daratan Eropa lewat laut secara ilegal. Namun, kapal mereka mengalami masalah akibat kelebihan kapasitas di sekitar perairan Provinsi Antalya, Turki.
Turki adalah salah satu jalur laut migran untuk mencapai Eropa sejak 2015 silam, ketika lebih dari sejuta orang menyebrang ke Yunani. Pada tahun tersebut, badan urusan pengungsi PBB (UNHCR) mencatat sekitar 3771 orang tewas atau hilang di laut Mediterania.
Sementara itu, tahun ini, korban yang terjadi di perairan Antalya itu telah mencapai angka 694 orang yang tewas atau menghilang.
(kid)