Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri
Theresa May merombak kabinetnya tak lama setelah dua menterinya mengudurkan diri dalam 24 jam terakhir akibat berselisih pendapat mengenai kebijakan
Brexit.Tak lama setelah Menteri Urusan Brexit David Davis dan Menteri Luar Negeri Boris Johnson mundur, May segera mengisi kekosongan dua jabatan krusial di pemerintahan tersebut.
May menunjuk Menteri Perumahan Dominic Raab menggantikan Davis dan Menteri Kesehatan dan Sosial jeremy Hunt mengisi kepergian Johnson.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di hadapan anggota parlemen pada Senin (9/7) malam, May juga memperingatkan seluruh pejabat publik untuk mendukungnya atau membiarkan risiko oposisi mengambil alih pemerintahan.
Perempuan 61 tahun itu menegaskan perpecahan dalam tubuh pemerintah hanya akan membawa kejatuhan partai berkuasa, Partai Konservatif, di pemerintahan.
May juga memaparkan memerintah adalah "persoalan mengambil keputusan."
"Jika kita semua tidak bersatu, kita mengambil risiko membuat Jeremy Corbyn [pemimpin oposisi dari Partai Buruh] terpilih sebagai Perdana Menteri," kata salah seorang pejabat kabinet menirukan ucapan May dalam rapat kepada
The Guardian, Selasa (10/7).
"Setidaknya setengah dari puluhan orang memahami pernyataan itu dan Perdana Menteri meresponsnya juga, bahwa apa yang baik bagi negara adalah pemerintahan yang dipimpin Partai Konservatif."
Davis dan Johnson memutuskan keluar dari kabinet lantaran kecewa terhadap kebijakan Brexit yang ditawarkan May karena dianggap hanya membiarkan Inggris tetap menjadi "jajahan Uni Eropa".
Padahal, kedua pejabat pro-Brexit itu merupakan salah satu tangan kanan paling loyal bagi May selama ini.
Kepergian Johnson dari kabinet pun dianggap semakin memperjelas krisis di dalam pemerintahan May yang membuat dia terancam menghadapi mosi tidak percaya dalam beberapa hari ke depan.
Jika 48 anggota parlemen dari Partai Konservatif mengajukan mosi tidak percaya, May kemungkinan akan langsung menghadapi pemilihan umum sela.
Namun, pendukung melihat May akan tetap memenangkan pemilu tersebut dan mempertahankan posisinya sebagai PM. Namun, jika May kalah dalam pemilu sela, jabatannya akan terancam.
Ketika ditanya apakah May akan menggugat mosi tersebut, seorang sumber dari Downing Street, kantor perdana menteri, mengatakan "yes".
Sementara itu, ketika ditanya apakah May yakin bahwa kabinet mendukung proposal Brexit-nya, sumber tersebut mengatakan "tidak ada alasan untuk berpikir sebaliknya."
(nat)