Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
Donald Trump diam-diam mendorong langkah membentuk satu aliansi keamanan dan politik baru dengan enam negara Teluk, Mesir dan Yordania untuk menyaingi perluasan pengaruh Iran di Timur Tengah.
Empat sumber kantor berita
Reuters menyebutkan Gedung Putih ingin menciptakan kerja sama lebih kuat antara negara-negara itu di sektor sistem pertahanan balistik, pelatihan militer, kontra-terorisme dan isu lain seperti memperkuatan hubungan ekonomi dan diplomatik wilayah.
Rencana membentuk aliansi yang disebut Gedung Putih dan Timur Tengah sebagai "NATO Arab" untuk sekutu Muslim Sunni ini akan meningkatkan ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hubungan kedua negara ini semakin tegang sejak Donald Trump menjabat Presiden AS.
Pemerintah AS berharap kelompok yang untuk sementara disebut sebagai Aliansi Strategis Timur Tengah (MESA) akan dibicarakan dalam pertemuan tingkat tinggi yang direncanakan berlangsung 12-13 Oktober di Washington.
Gedung Putih mengkonfirmasi sedang membuat konsep aliansi itu dengan "mitra regional kami dan sudah berjalan beberapa bulan."
Satu sumber di pemerintah AS mengatakan bahwa Arab Saudi mengajukan ide pembentukan satu pakta keamanan menjelang kunjungan Presiden Trump tahun lalu. Meski saat itu Trump mengumumkan pembelian senjata dalam jumlah besar, usul aliansi tersebut tidak mendapat perhatian.
"MESA akan berfungsi sebagai benteng untuk menghadapi agresi Iran, terorisme, ekstrimisme dan akan menciptakan stabiitas di Timur Tengah," ujar seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.
Meski demikian dia menolak mengkonfirmasi bahwa Trump akan menjadi tuan rumah dalam pertemuan yang direncanakan Oktober tersebut.
Sumber-sumber
Reuters pun menyebut tidak ada kejelasan pertemuan pada pertengahan Oktober ini bisa menghasilkan kesepakatan akhir.
Sebelumnya upaya pemerintah AS untuk membentuk aliansi yang lebih formal dengan sekutu di Teluk dan Arab gagal dicapai.
Washington, Riyadh dan Abu Dhabi menuduh Iran menyebabkan wilayah Timur Tengah tidak stabil, memicu aksi perlawanan di sejumlah negara Arab melalui kelompok-kelompok perantara dan terus mengancam Israel.
Aliansi yang baru ini akan berpusat pada kerja sama antara Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan pemerintah AS dalam melawan Iran.
 AS dan sekutu Arab memandang Iran sebagai penyebab instabilitas di Timur Tengah melalui pengaruhnya seperti di Suriah. (Reuters/Omar Sanadiki) |
Masih belum jelas apakah aliansi ini akan segera bisa melawan Teheran, namun pemerintahan Trump dan sekutu Muslim Sunni memiliki kepentingan bersama dalam konflik di Yaman dan Suriah serta mengamankan jalur perkapalan Teluk yang menjadi jalur utama pasok minyak dunia.
Seorang pejabat senior Iran mengatakan kepada
Reuters bahwa "dengan alasan menciptakan stabilitas di Timur Tengah, Amerika dan sekutunya di wilayah memicu ketegangan di sana."
Dia mengatakan pendekatan itu "tidak akan ada gunanya" selain "memperbesar kesenjangan antara Iran, negara sekutunya dan negara-negara Arab yang didukung AS."
Faktor yang berpotensi menjadi halangan pembentukan aliansi ini adalah pertikaian yang terjadi antara Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Qatar yang menjadi lokasi markas angkatan udara terbesar AS di kawasan itu.
Negara-negara Arab menuduh Qatar mendukung terorisme, tuduhan yang terus dibantah oleh negara itu.
Sementara satu sumber mengatakan pemerintah AS khawatir pertikaian ini akan menjadi penghalang rencana pembentukan aliansi itu, pihaknya dan juga pejabat Arab menyebut baik Riyadh dan Abu Dhabi telah meyakinkan Washington bahwa hal tersebut tidak akan menjadi masalah.
Juru bicara Badan Keamanan Nasional Gedung Putih membantah pertikaian ini menjadi halangan.
Dengan kebijakan "Utamakan Amerika" yang dicanangkan Trump, Gedung Putih sangat ingin agar sekutu AS di seluruh dunia lebih berperan dalam mengatasi ancaman di regional masing-masing.
Uni Emirat Arab siap mengerahkan lebih banyak tentara di Timur Tengah untuk menghadapi musuhnya karena memandang negara itu tidak lagi bisa bergantung pada sekutu Barat seperti Inggris dan Amerika.
Langkah membuat perisai pertahanan anti-rudal regional, yang telah dibicarakan oleh AS dan negara-negara Teluk selama bertahun-tahun, akan menjadi salah satu tujuan aliansi ini.
Ketegangan dengan Iran meningkat sejak Trump mengumumkan bahwa AS mundur dari kesepakatan terkait ambisi nuklir Iran yang dicapai pada 2015.
Hari Senin (23/7) Iran mengacuhkan peringatan Trump bahwa negara itu menghadapi konsekuensi kelam "seperti sejumlah aksi yang menimbulkan derita mendalam yang pernah terjadi dalam sejarah" jika terus mengancam AS.
[Gambas:Video CNN] (yns)