RI Belum Lunasi Rp3 T, Korsel Sebut Proyek Jet Tempur Jalan

Tim | CNN Indonesia
Senin, 22 Okt 2018 14:00 WIB
Korsel menegaskan kerja sama pembuatan pesawat tempur tetap berjalan meski Indonesia belum membayar kontribusinya dalam proyek tersebut sebesar Rp3,03 triliun.
Ilustrasi KF-X/IF-X. (Dok. PT Dirgantara Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Korea Selatan menegaskan kerja sama pembuatan pesawat tempur Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KF-X/IF-X) tetap berjalan meski Indonesia belum membayar kontribusinya dalam proyek tersebut sebesar US$200 juta (Rp3,03 triliun).

Juru bicara badan pengadaan persenjataan Korsel (Defense Acquisition Program Administration/DAPA), mengatakan proyek yang disepakati Jakarta dan Seoul pada 2014 lalu itu tetap berjalan sesuai rencana.

"Pada pertemuan tingkat tinggi Korsel-Indonesia pada September lalu, kedua presiden sepakat untuk terus mengembangkan proyek KF-X," ucap jubir tersebut seperti dikutip Reuters, Senin (22/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tentang biaya kontribusi, kami berencana menggelar negosiasi tambahan."
Dalam jumpa pers di Seoul, DAPA menyatakan bahwa Indonesia belum membayar kontribusinya sebesar 230 miliar won atau setara Rp3,03 triliun yang seharusnya dilunasi pada paruh kedua 2017 dan paruh pertama 2018.

Proyek bersama itu diperkirakan menghabiskan total dana US$7,9 miliar atau setara Rp119,8 triliun. Di awal perjanjian, Indonesia sepakat membayar sekitar 20 persen dari total biaya proyek tersebut.

Namun, baru-baru ini Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto mengatakan pemerintah tengah berencana merenegosiasi proyek demi mendapatkan keringanan pembiayaan, mengingat kondisi ekonomi nasional yang tengah tertekan karena nilai rupiah melemah.

"Dengan kondisi nasional maka presiden putuskan untuk bukan batalkan tapi renegosiasi, bagaimana posisi Indonesia bisa lebih ringan menyangkut masalah pembiayaan," kata Wiranto, Jumat (19/10).
Mantan Panglima ABRI itu mengatakan keputusan renegosiasi itu bisa berdampak pada perubahan dalam persetujuan-persetujuan yang telah disepakati sebelumnya.

Guna menindaklanjuti hal itu, pemerintah telah membuat tim khusus yang akan membahas proses renegosiasi dengan pihak Korea Selatan.

Ia mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai pembicaraan dengan Korea Selatan dari sisi pembiayaan, pembagian keuntungan, maupun ongkos produksi dalam kerja sama pesawat jet tersebut.

"Lalu alih teknologinya ke Indonesia bagaimana, keuntungan HAKI, hak kekayaan intelektual, pemasaran," ucap Wiranto.

Wiranto menyatakan bahwa renegosiasi antara Jakarta dan Seoul terkit proyek ini diharapkan rampung dalam kurun waktu satu tahun. (rds/has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER