Jakarta, CNN Indonesia --
Amerika Serikat (AS) ingin melanjutkan dukungan mereka pada koalisi pimpinan
Arab Saudi dalam
Perang Yaman. Mereka juga akan tetap terlibat dalam usaha memerangi pengaruh Iran dan kelompok militan di Negara Arab.
Pernyataan tersebut dikeluarkan seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS merespons tekanan terhadap pemerintah Amerika Serikat untuk segera mengakhiri dukungan militer terhadap Arab Saudi. Tekanan muncul pascapembunuhan Kolumnis
Washington Post, Jamal Khashoggi, yang diduga melibatkan lingkaran dalam Kerajaan Arab Saudi di Turki beberapa waktu lalu.
"Memang ada tekanan dalam sistem kami untuk menarik dukungan dari konflik atau menghentikan dukungan kami terhadap koalisi. Kami namun demikian menentang dari sisi administrasi karena dukungan diperlukan," kata Wakil Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Teluk Arab seperti dikutip dari
Reuters, Minggu (9/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak pembunuhan Khashoggi, pemerintah AS mendapatkan tekanan dari internal mereka untuk segera menghentikan dukungan terhadap Arab Saudi. Tekanan salah satunya datang dari Senat AS.
Bulan lalu, Senat AS menggelar voting untuk mengajukan resolusi guna menghentikan dukungan militer AS terhadap Arab Saudi. Penghentian dukungan militer yang mereka serukan mencakup; penjualan senjata dan pertukaran informasi intelijen.
Desakan tersebut sempat membuat AS menghentikan pengisian bahan bakar AS atas pesawat koalisi pimpinan Arab.
Sementara itu, mengutip
Reuters seperti dilansir Saudi TV, pasukan koalisi yang dipimpin Saudi di Yaman pada Minggu (9/12) telah menerbitkan 17 izin bagi kapal pembawa logistik makanan dan produk minyak dari Pelabuhan Yaman. Sementara itu, di Swedia, di bawah koordinasi PBB berjalan upaya pembicaraan perdamaian yang merupakan pertama sejak dua tahun terakhir konflik di negara Timur Tengah tersebut.
(reuters/agt)