Jakarta, CNN Indonesia -- Sikap Presiden
Amerika Serikat Donald Trump yang memutuskan menarik seluruh pasukan mereka di
Suriah membuat sekutu mereka, yakni
Suku Kurdi murka. Namun, di sisi lain hal itu membuat Presiden Rusia
Vladimir Putin senang karena mereka tidak lagi berhadapan di medan perang.
Seperti dilansir
The Guardian, Jumat (21/12), kelompok perjuangan Suku Kurdi seperti Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dan Pasukan Penjaga Rakyat (YPG) selama ini menggelar operasi militer dibantu oleh Amerika Serikat. Mereka menyatakan sangat kecewa dengan keputusan penarikan pasukan AS untuk menghadapi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Perang terhadap ISIS belum selesai dan mereka juga belum kalah. Penarikan pasukan akan membuat kevakuman politik dan militer di wilayah itu, meninggalkan orang-orang Kurdi di tengah-tengah musuh," demikian pernyataan yang disampaikan SDF.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump menyatakan penarikan pasukan lantaran dia mengklaim ISIS sudah takluk. Namun, dia menyatakan hal itu untuk menjaga keselamatan pasukan AS dan menghemat pengeluaran negara.
SDF dan YPG saat ini menghadapi tiga musuh. Yakni ISIS, pasukan Suriah, dan Turki. Mereka yang rata-rata menganut Nasrani dimusuhi ISIS. Sedangkan Suriah dan Turki menyatakan mereka sebagai pemberontak.
Hal ini membuat mereka terpaksa menarik pasukan dan memusatkannya ke perbatasan Turki. Pengerahan pasukan AS untuk membantu suku Kurdi juga sempat membuat Turki marah besar.
"Kami memang takut. Kalau AS pergi dan meninggalkan kami berhadapan dengan Turki, nasib kami akan seperti Republik Kurdistan di Irak pada 1991. Suriah, Iran, dan Turki enggan menerima kami," kata jurnalis asal Kurdi, Arin Sheikmos.
Di sisi lain, Putin gembira dengan keputusan Trump. Sebab, beberapa kali pasukan kedua negara berhadapan di medan perang di Suriah. Rusia membantu rezim Presiden Bashar al-Assad memerangi pemberontak sejak tiga tahun lalu.
"Jika AS menyatakan hal itu maka itu keputusan yang tepat. Donald benar, saya setuju dengannya," kata Putin.
Kritik disampaikan oleh sejumlah kalangan di Kementerian Pertahanan AS. Mereka merasa keputusan Trump justru menguntungkan Rusia dan Iran.
Sumber di Kementerian Pertahanan AS menyatakan khawatir Suriah bakal menjadi ancaman sekutu mereka di Timur Tengah, Israel. Sebab, Iran yang menjadi musuh mereka bisa menggunakan Suriah sebagai basis untuk menyerang Negara Zionis.
"Secara geopolitik itu menguntungkan Rusia, sedangkan di kawasan menguntungkan Iran," kata sumber itu.
(ayp/ayp)