Warga Venezuela Takut Kekurangan Bahan Bakar karena Sanksi AS

CNN Indonesia
Rabu, 30 Jan 2019 12:28 WIB
Warga Venezuela khawatir sanksi AS terhadap perusahaan minyak negara, PDVSA, membuat mereka kesulitan mendapatkan bahan bakar dan memperburuk krisis ekonomi.
Warga Venezuela khawatir sanksi AS terhadap perusahaan minyak negara, PDVSA, membuat mereka kesulitan mendapatkan bahan bakar dan memperburuk krisis ekonomi. (AFP PHOTO/Luis ROBAYO)
Jakarta, CNN Indonesia -- Warga Venezuela khawatir sanksi Amerika Serikat terhadap perusahaan minyak negara, PDVSA, membuat mereka kesulitan mendapatkan bahan bakar dan memperburuk krisis ekonomi.

Seorang warga Venezuela, Irene Mendez, mengaku khawatir sanksi itu akan meningkatkan harga BBM sehingga mereka, yang selama ini sudah menderita akibat hiperinflasi, tak dapat membeli bahan bakar.

"Ini akan sangat aneh. Kami terbiasa dengan bensin yang benar-benar murah dan terlepas dari itu, pasokannya selalu tersedia," katanya kepada AFP pada Selasa (29/1).
Menurut Mendez, harga BBM di Venezuela terbilang sangat murah, bahkan hampir gratis. Dengan uang US$1, warga dapat membeli lebih dari 300 juta liter bahan bakar. Sementara itu, warga Venezuela hanya mampu membeli satu kilogram bawang dengan satu dolar AS.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

AS menjatuhkan sanksi tersebut sebagai upaya memotong pemasukan Venezuela yang selama ini menopang pemerintahan Presiden Nicolas Maduro. 

Hal itu dilakukan Washington demi mendesak Maduro mundur dan menyerahkan kewenangan eksekutif kepada Presiden Majelis Nasional, Juan Guaido, yang sudah mendeklarasikan diri sendiri sebagai pemimpin interim Venezuela.
Sebagai pendukung Guaido, Mendez menganggap keterpurukan ini merupakan "pengorbanan yang sepadan" demi merealisasikan perubahan politik di negaranya.

Berbeda dengan Mendez, Gonzalo Lovera, yang bekerja sebagai sopir truk, merasa sanksi AS tersebut "tidak logis" dan hanya semakin membuat warga Venezuela sengsara. Dia menganggap perebutan politik antara Maduro dan Guaido hanya mengorbankan rakyat.

"Dalam persaingan politik mereka, yang terpuruk adalah kita, rakyat," kata pria 68 tahun itu.

Lovera ingin pemerintahan Maduro segera berdialog dengan oposisi. Dia juga kecewa dengan keputusan Guaido yang mendeklarasikan diri sebagai presiden interim Venezuela sehingga memperburuk krisis.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan lebih dari 40 orang tewas, sementara 850 lainnya ditahan selama protes anti-Maduro berlangsung pekan lalu.

Sebagian besar pemrotes tewas di hari Guaido mendeklarasikan diri sebagai presiden interim Venezuela. Tindakan sepihak itu dilakukan Guaido bukan tanpa dukungan.

Selain AS, belasan negara seperti Kanada, Israel, Jerman, Uni Eropa, hingga Brasil, Argentina, dan Kolombia mendukung langkah Guaido tersebut.

Guaido bahkan mendapat dukungan dari mayoritas oposisi di parlemen Venezuela untuk menyatakan secara resmi bahwa Maduro merupakan "perampas kekuasaan."

[Gambas:Video CNN]

Akibat krisis ekonomi berkepanjangan, layanan publik juga tak berfungsi sepenuhnya. Sekitar 90 persen sistem transportasi publik Venezuela lumpuh karena kelangkaan dan harga suku cadang yang tinggi.

Lovera takut jika kesulitan mendapatkan bahan bakar akan menambah masalah dan "memperburuk" operasional transportasi publik.

AS merupakan pengimpor minyak utama Venezuela. Sebanyak lebih dari 40 persen pasokan minyak mentah Venezuela dikirim ke Negeri Paman Sam. Hasil penjualan minyak ke AS menyumbang 80 persen terhadap likuiditas Venezuela. (rds/has)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER