Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Venezuela, Nicolas Maduro memperingatkan kemungkinan berperang dengan
Kolombia, karena negara tetangganya itu menuduh dia menampung gerilyawan kiri yang memberontak.
"Ada pernyataan yang dapat berakhir dengan eskalasi militer di perbatasan yang melibatkan pasukan kriminal Kolombia melawan Venezuela," ucap Maduro dalam pidatonya di depan pendukungnya di Caracas, Rabu (8/5).
"Semuanya ini adalah bagian dari rencana imperialisme Amerika Serikat," tuturnya menambahkan.
Pidato Maduro yang disiarkan televisi nasional itu berlangsung tak lama setelah Kolombia menuduh Venezuela melakukan berulang kali memprovokasi, dengan membiarkan sekitar 30 serdadu mereka menerobos wilayahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Kolombia menuturkan para personel Venezuela menerobos 200 meter wilayahnya di timur laut.
Kolombia menuturkan pasukan Venezuela mundur setelah mereka mengirim helikopter dan sejumlah tentara ke daerah itu.
Pengerahan pasukan itu dilakukan setelah militer Kolombia mendapat laporan dari masyarakat setempat.
Dikutip
AFP, Kolombia mengatakan militernya "siap mempertahankan integritas wilayah dengan selalu berhati-hati dalam menanggapi provokasi yang jelas dan berulang" dari Venezuela.
Kolombia menganggap provokasi itu dilakukan Venezuela untuk menghasut supaya mereka terlihat seperti "agresor."
Kolombia dan Venezuela sudah tidak memiliki hubungan diplomatik sejak Februari lalu, setelah Bogota mengakui pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, sebagai presiden interim negara itu, mengikuti jejak lebih dari 50 negara lainnya.
Perbatasan kedua negara terbilang luas dan berjarak sepanjang 2.200 kilometer dan sulit diakses. Sebagian besar wilayah perbatasan kedua negara tidak memiliki hukum.
Sejumlah kartel narkoba dan gerilyawan sayap kiri kerap beroperasi dan bersembunyi di pedalaman perbatasan kedua negara tersebut.
(rds/ayp)