Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden AS
Donald Trump mengaku akan menyiapkan sanksi tambahan terhadap Iran sambil menyalahkan program antinuklir Iran Presiden AS sebelumnya, Barrack Obama.
Sementara, Iran memperingatkan Paman Sam soal serangan yang hanya mengakibatkan terganggunya kepentingan Amerika.
"Iran tak boleh punya senjata nuklir. Di bawah rencana Obama yang buruk, mereka saat itu akan mewujudkannya tak lama lagi, dan verifikasi yang ada tak dapat diterima," kicaunya dalam akun Twitter-nya, Sabtu (22/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menempatkan sanksi tambahan yang besar kepada Iran pada Minggu," Trump menambahkan. Namun demikian, ia tak merinci soal sanksi baru itu.
Sebelumnya, perang pernyataan antara kedua pihak memanas setelah jatuhnya pesawat nirawak AS. Insiden itu terjadi setelah serangkaian serangan terhadap tanker di jalur pelayaran Teluk Oman.
AS kemudian menyalahkan Iran. Namun, Iran membantah bertanggung jawab atas serangan-serangan itu.
Iran juga membantah sedang membangun senjata nuklir dan mengatakan programnya adalah untuk tujuan sipil.
Pada 2015, Teheran menyepakati tawaran sejumlah negara untuk
mengendalikan ambisi senjata nuklirnya. Sebagai imbalannya, Iran mendapat keringanan sanksi ekonomi.
Trump menarik AS dari perjanjian itu setahun yang lalu dan memberlakukan serangkaian sanksi ekonomi yang kuat kepada Iran. Tujuannya, menghalangi penjualan minyak Iran dan melumpuhkan ekonominya.
Sebelumnya, seorang pejabat tinggi militer Iran memperingatkan Washington bahwa serangan apapun terhadap pihaknya akan dibalas lewat penyerangan terhadap berbagai kepentingan Amerika dan sekutunya.
"Menembakkan satu peluru ke Iran akan membakar kepentingan Amerika dan sekutu-sekutunya," cetus juru bicara angkatan bersenjata Iran Brigadir Jenderal Abolfazl Shekarchi kepada kantor berita Tasnim.
 Foto: CNN Indonesia/Timothy Loen |
Iran pun mengatakan telah mengeksekusi seorang pria yang dihukum karena menjadi mata-mata Amerika Serikat.
"Hukuman eksekusi dilakukan untuk Jalal Haji Zavar, seorang kontraktor untuk organisasi kedirgantaraan kementerian pertahanan yang menjadi mata-mata CIA dan pemerintah Amerika," tulis kantor berita ISNA, mengutip militer Iran.
Trump kemudian mengatakan dia tidak ingin berperang dengan Iran, tetapi jika itu terjadi, akan ada "kemusnahan seperti yang belum pernah Anda lihat sebelumnya," dikutip dari wawancara dengan
NBC, Jumat (21/6).
[Gambas:Video CNN] (arh)