Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Luar Negeri RI menyatakan laporan yang menduga warga
Indonesia melakukan serangan
bom bunuh diri terhadap pasukan khusus anti-terorisme di selatan Filipina pada Jumat pekan lalu belum bisa terkonfirmasi.
Pelaksana tugas juru bicara Kemlu RI, Teuku Faizasyah, menuturkan hingga kini Kedutaan Besar RI di Manila belum menerima informasi resmi dari otoritas Filipina mengenai identitas pelaku serangan tersebut.
"Pemberitaan yang menyebut bahwa pelaku adalah WNI hanya sebatas dugaan dan belum dapat dikonfirmasi," kata Teuku saat dikonfirmasi oleh
CNNIndonesia.com melalui pernyataan singkat, Selasa (2/7).
Teuku memaparkan jika memang benar ada kasus seperti itu, pemerintah Filipina akan mengkomunikasikannya kepada Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lazimnya kalau pelaku berasal dari satu negara tertentu, pemerintah di tempat kejadian yang akan mengkomunikasikannya ke negara asal. Mungkin diperlukan waktu untuk investigasi lebih lanjut," kata Teuku.
Pernyataan Kemlu RI itu muncul menanggapi pernyataan Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, yang menduga WNI menjadi pelaku serangan bom bunuh diri di Kota Indan, Jolo, pada Jumat (28/6).
Insiden itu menewaskan tiga personel militer Filipina yang tengah berjaga di gerbang kamp dan tiga warga sipil yang tengah berada di lokasi kejadian.
Meski penyelidikan otoritas belum mendapat kesimpulan, Lorenzana mengaku beberapa pihak mengatakan serangan itu bisa jadi dilakukan oleh WNI atau bahkan warga Filipina sendiri.
"Seseorang mengatakan pelaku pengeboman merupakan warga Indonesia, seseorang mengatakan itu warga Filipina. Tapi kita tunggu saja," kata Lorenzana dalam jumpa pers di Manila, Senin (1/7).
Lorenzana juga menyakini serangan itu merupakan bentuk peningkatan ekstremisme di Filipina.
"Ya, ya, saya yakin ini telah meningkatkan level ekstremisme di sini (Filipina)," ujarnya seperti dikutip
The Straits Times, Senin (1/7).
Kelompok teroris ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Lembaga pemantau aktivitas ektremisme, SITE Intelligence Group, telah merilis sejumlah foto yang menggambarkan dua individu tengah melakukan aksinya tersebut.
Kedua pelaku terlihat berusia sekitar 20 tahun dan berasal dari Asia. Keduanya terlihat mengenakan rompi penuh dengan bom saat melakukan serangan.
[Gambas:Video CNN] (rds/dea)