Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat,
Donald Trump, dilaporkan berbincang dengan Presoden Prancis,
Emmanuel Macron, untuk membahas ketegangan di kawasan akibat pelanggaran kesepakatan nuklir oleh
Iran.
"[Trump dan Macron] membahas upaya untuk memastikan Iran tak memiliki senjata nuklir," demikian pernyataan Gedung Putih, Senin (8/7).
Ini merupakan kali kedua Trump menelepon Macron dalam sepekan belakangan. Pembicaraan ini pun dianggap sebagai salah satu parameter kegentingan isu nuklir Iran.
Trump dan Macron berbincang tak lama setelah juru bicara organisasi energi atom Iran, Behrouz Kamalvandi, mengklaim bahwa negaranya sudah memperkaya uranium hingga 4,5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Level kemurnian ini memungkinkan pembangunan pembangkit listrik negara," ujar Kamalvandi seperti kantor berita Iran,
ISNA.
Dengan pernyataan ini, Iran dipastikan telah melanggar kesepakatan nuklir yang disepakati pada 2015 lalu, Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Perjanjian yang digagas di era Barack Obama itu menetapkan Iran harus membatasi pengayaan uranium hingga 3,67 persen, jauh dari yang diperlukan untuk mengembangkan senjata nuklir yaitu 90 persen.
Sebagai timbal balik, negara Barat, termasuk Prancis, akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran.
Namun, di bawah komando Presiden Donald Trump, AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018 lalu dan kembali menerapkan sanksi atas Iran.
[Gambas:Video CNN]Iran pun kembali melanjutkan pengayaan uranium dan pada pekan lalu mereka mengklaim sudah melewati batas 3,67 persen.
Setelah Iran menyatakan bakal terus melakukan pengayaan uranium, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, pun mengatakan bahwa negaranya bakal menjatuhkan sanksi tambahan.
Di tengah kisruh ini, sejumlah negara, seperti Jerman dan Inggris, meminta semua pihak untuk tenang dan mendesak Iran tak melanjutkan pengayaan uranium.
(has)