Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
China mengatakan akan mengenakan sanksi kepada perusahaan Amerika Serikat (
AS) yang menjual senjata seperti tank, rudal dan peralatan lainnya bernilai US$2,2 miliar (sekitar Rp30,7 triliun) ke
Taiwan.
Aktifitas penjualan itu, disebut akan membahayakan kedaulatan dan keamanan nasional China.
Sebelumnya pada Senin (8/7), Pentagon menyatakan bahwa Departemen Luar Negeri AS telah mengizinkan penjualan sejumlah senjata yang diminta oleh pemerintah Taiwan, termasuk 108 tank General Dynamics Corp M1A2T Abrams dan 250 rudal penyengat yang dibuat di Raytheon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu Washington mengatakan penjualan itu tidak akan mengubah keseimbangan militer di wilayah tersebut. Namun, Beijing yang telah menjadi rival keamanan AS dan telah terlibat pada perang dagang dalam setahun terakhir ini meminta perjanjian penjualan itu dibatalkan.
Menanggapi hal itu Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, menyatakan penjualan senjata itu menyebabkan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan norma dasar yang mengatur hubungan internasional.
"Untuk menyelamatkan kepentingan nasional kami, China akan mengenakan sanksi kepada pengusaha AS yang terlibat dalam penjualan senjata kepada Taiwan," kata Geng seperti yang dikutip dari Reuters, Sabtu (13/7).
Meskipun demikian, Departemen Luar Negeri AS menolak untuk berkomentar. Sedangkan perusahaan-perusahaan pernjual senjata itu juga tidak memberikan tanggapan.
Tidak jelas apakah keputusan China ini akan mempengaruhi kontraktor di bidang pertahanan AS yang telah melakukan perjanjian dengan Beijing sejak Pembantaian Lapangan Tiananmen pada 1989.
Diketahui juga, hubungan antara AS dan Taiwan tidak dibangun secara resmi. Meski demikian, pemerintah AS diharuskan secara hukum untuk membantu pertahanan dan persediaan senjata untuk Taiwan.
Sebagai informasi, China menganggap Taiwan sebagai provinsi jauh dan tidak pernah melepaskan kekuatan pertahanan untuk membuat pulau tersebut masuk dalam wilayah kekuasaanya.
Seorang diplomat China dalam kunjungannya ke Budapest pada Jumat lalu mengatakan tidak ada kekuatan asing yang bisa menghentikan persatuan China dan tidak ada yang bisa mencampuri urusan tersebut.
"Kami mendesak AS untuk menyadari sepenuhnya gravitasi dari pertanyaan tentang Taiwan.. [dan] tidak bermain api terhadap pertanyaan itu," kata Wang.
Sementara itu, Departemen Luar Negeri A telah menyatakan tidak ada perubahan pada kebijakan AS terkait 'satu-China'.
[Gambas:Video CNN] (ani/agr)