OBITUARI

Li Peng dan Kenangan Tiananmen Berdarah

CNN Indonesia
Rabu, 24 Jul 2019 18:50 WIB
Rezim komunis China mengerahkan pasukan untuk membubarkan demonstrasi pro reformasi di Alun-alun Tiananmen. Akibatnya ribuan orang meninggal.
Mendiang mantan Perdana Menteri China, Li Peng. (REUTERS/David Gray)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Perdana Menteri China, Li Peng, wafat di usianya yang ke 90 tahun pada Senin (22/7) lalu. Sosoknya tidak bisa dipisahkan dari tragedi Lapangan Tiananmen yang terjadi pada 1989 silam.

Mantan PM China periode 1987 hingga 1998 dianggap bertanggung jawab atas jatuhnya korban jiwa demonstrasi pro reformasi di Lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989 silam.

Dilansir dari berbagai sumber, Rabu (24/7), saat itu Li sempat mengumumkan darurat militer pada 20 Mei 1989 setelah pecahnya aksi protes besar-besaran oleh mahasiswa dan para pekerja yang berkemah selama berminggu-minggu di Lapangan Tiananmen demi menuntut adanya perubahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selang dua pekan kemudian, tepatnya pada 3-4 Juni 1989, tentara bentrok dengan para demonstran hingga menewaskan ratusan warga sipil tak bersenjata. Jumlah korban tewas bahkan diperkirakan lebih dari seribu orang.
Meskipun keputusan untuk mengirim pasukan militer ke Lapangan Tiananmen adalah keputusan bersama, Li tetap dianggap sebagai tokoh yang bertanggung jawab atas tragedi berdarah tersebut. Namun, Li membela diri dan mengatakan bahwa keputusan membubarkan aksi unjuk rasa dengan mengerahkan pasukan memang perlu dilakukan.

"Tanpa langkah-langkah tersebut China mungkin akan menghadapi situasi yang lebih buruk dibandingkan yang terjadi di Uni Soviet atau Eropa Timur," ujar Li di sela-sela lawatan kenegaraan ke Austria pada 1994.

Meski begitu, Li berhasil mempertahankan posisinya selama lebih dari satu dekade.
Di sisi lain, Li dianggap berperan menggerakkan reformasi ekonomi China hingga melejit.

Li juga pernah ditunjuk menjadi ketua tim persiapan pembangunan Bendungan Tiga Ngarai di sungai Yangtze, suatu prestasi besar dalam bidang teknik yang menjadi bagian dari warisan kepemimpinannya.

Bendungan dengan kedalaman mencapai 185 meter tersebut menjadi proyek raksasa yang masyhur dan menelan banyak biaya yang pernah dibuat China sekaligus kontroversial. Pembangunan proyek tersebut turut menenggelamkan sejumlah perkampungan, menggusur jutaan penduduk dan merusak ekosistem.
Proyek bendungan tersebut dianggap oleh para kritikus sebagai simbol untuk memamerkan ekonomi China yang sebenarnya ringkih. Apalagi setelah dilakukan audit besar-besaran terkait proyek itu terungkap ada sejumlah skandal penggelapan uang dan nepotisme yang terjadi. (ajw/ayp)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER