Jakarta, CNN Indonesia --
Rusia menuduh
Amerika Serikat sengaja meningkatkan ketegangan militer dengan melakukan uji coba
rudal jelajah jarak menengah pada Minggu (18/8).
Uji coba ini diluncurkan beberapa pekan setelah AS menarik diri dari perjanjian nuklir era Perang Dingin dengan Rusia, Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (INF).
Perjanjian Kekuatan Nuklir Jangka Menengah itu ditandatangani oleh Presiden AS Ronald Reagan dan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev pada 1987.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip
AFP, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov, mengaku sangat menyesalkan adanya tes rudal AS tersebut.
"AS jelas telah mengambil langkah yang meningkatkan ketegangan militer. Namun kami tidak akan menanggapi provokasi ini," kata Ryabkov kepada kantor berita negara
TASS.
Kementerian Pertahanan AS mengumumkan rudal tersebut diluncurkan dari pangkalan Angkatan Laut AS di Pulau San Nicolas di lepas pantai Los Angeles, California.
Rudal itu meluncur dari kendaraan pelontar dan secara akurat mengenai target yang terbang di jarak 500 kilometer. Jenis rudal tersebut tidak dilarang dalam perjanjian INF. Perjanjian itu melarang rudal dengan jangkauan antara 500 dan 5.500 kilometer.
[Gambas:Video CNN]Sementara itu China khawatir pengujian rudal jelajah jarak menengah AS akan meningkatkan "perlombaan senjata" baru.
"Langkah AS ini akan memicu perlombaan senjata, yang mengarah pada eskalasi konfrontasi militer, dan berdampak negatif pada situasi keamanan internasional dan regional," kata juru bicara kementerian luar negeri China Geng Shuang.
Geng mengatakan bahwa AS harus "melepaskan mental Perang Dingin" dan "melakukan lebih banyak hal kondusif bagi perdamaian dan ketenangan internasional dan regional."
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan negaranya membatalkan perjanjian itu karena menduga Rusia melanggar sejumlah ketentuan.
Saat ini, kedua negara terikat dengan kesepakatan New START yang diteken pada 2010. Perjanjian itu mewajibkan AS dan Rusia membatasi hulu ledak nuklir mereka di bawah batas saat Perang Dingin.
Namun, perjanjian itu akan berakhir pada 2021 mendatang. Presiden Rusia Vladimir Putin sudah mendesak AS untuk menegosiasikan perpanjangan perjanjian, tapi tak digubris.
Putin pun sempat mengancam membatalkan New START jika AS terus menolak negosiasi. Ia memperingatkan bakal ada "bencana global" jika AS tak mau berunding.
(dea)