Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Amerika Serikat Donald
Trump mengaku tidak ingin bertemu Menteri Luar Negeri Iran
Mohammad Javad Zarif di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Biarritz, Perancis. Trump menyebut terlalu dini bertemu dengan diplomat Iran itu.
Hal itu disampaikan Trump merespons kunjungan Javad Zarif di KTT G7 pada Minggu malam.
"Saya pikir ini terlalu dini untuk bertemu," kata Trump kepada wartawan di sela-sela KTT pada Senin (26/8) dikutip
AFP. Meski demikian dia meyakini Washington tidak menginginkan terjadi perubahan rezim di Iran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump menegaskan konsentrasi AS hanya pada masalah program nuklir Iran.
"Kami tidak ingin perubahan rezim. "Apa yang kami inginkan sangat sederhana ... non-nuklir."
Kedatangan Zarif itu memang tidak diumumkan. Dia diundang untuk bertemu tuan rumah Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang berusaha meredakan tensi antara Iran dan Amerika Serikat akibat permasalahan program nuklir Teheran.
[Gambas:Video CNN]"Saya tahu dia akan datang," kata Trump.
Rencana kedatangan Zarif ini diduga sudah dibahas dalam pertemuan antara Trump dan Macron sehari sebelumnya.
"Saya tahu semua yang dia (Macron) lakukan dan saya menyetujui semua yang dia lakukan," kata Trump. Kata dia, Presiden Prancis "meminta persetujuan saya".
Ketegangan antara Iran dan AS terus meningkat sejak Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir pada Mei 2018 dan menjatuhkan sanksi embargo minyak.
Sementara Perancis menjadi salah satu pihak yang berupaya menyelamatkan kesepakatan nuklir dengan Iran tersebut.
Beberapa pekan lalu Biro Pengendalian Aset Luar Negeri Kementerian Keuangan AS menyatakan telah menjatuhkan sanksi kepada Javad Zarif.
Javad Zarif dianggap melaksanakan agenda yang ceroboh dari Pemimpin Tertinggi Iran. Zarif kemudian membalas dengan menyatakan sanksi AS itu tidak bakal mempan kepadanya.
 Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. (REUTERS/Ahmed Saad) |
Zarif tidak asing dengan AS. Dia bermukim di sana sejak berumur 17 tahun untuk kuliah dalam bidang hubungan internasional di San Francisco dan Denver. Dia juga didapuk menjadi Duta Besar Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2002 sampai 2007.
Pada 16 Juli lalu, AS juga dilaporkan membatasi gerak-gerik Zarif saat diundang oleh PBB. Saat itu dia diminta hadir dalam pertemuan tingkat menteri terkait program tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) membahas konflik, kelaparan, kesetaraan dan perubahan iklim yang diperkirakan terjadi 2030.
Saat itu Zarif hanya dibolehkan bepergian ke markas PBB, kantor perwakilan Iran untuk PBB, rumah dinas Duta Besar Iran, dan Bandara John F. Kennedy di New York.
PBB pun tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menyatakan prihatin terhadap pembatasan yang diterapkan kepada Zarif.
(dea)