Jakarta, CNN Indonesia --
Papua Nugini memutuskan untuk menutup kilang nikel milik perusahaan milik pemerintah
China karena menyebabkan pencemaran laut.
Otoritas Sumber Daya Mineral Papua Nugini menyatakan bahwa mereka sudah memerintahkan para pemilik kilang Ramu Nickel itu menutup semua kegiatan produksi mulai 21 Oktober hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Penyebab penutupan dilaporkan akibat kegagalan perusahaan dalam memperbaiki serangkaian masalah pencemaran laut.
Kegagalan itu meliputi sistem penanganan tumpahan limbah yang buruk, perawatan fasilitas tidak memadai, dan ketidakmampuan operator fasilitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ramu Nickel dioperasikan perusahaan milik pemerintah China, Metallurgical Group, yang melakukan penambangan dan pemrosesan nikel.
Perusahaan ini sempat menemui pihak berwenang Papua Nugini untuk meminta persetujuan penambahan kapasitas produksi pada awal tahun ini.
Namun pada akhir Agustus, perusahaan tersandung masalah pencemaran akibat tangki yang bocor sehingga membuat Laut Bismarck tercemar limbah lumpur beracun dan mengubah warna laut menjadi merah.
Selain berdampak terhadap laut, pencemaran itu juga menyebabkan warga yang tinggal di sekitar pabrik dan pantai harus angkat kaki.
Hubungan China dengan Papua Nugini sendiri sebenarnya damai. Namun, ada beberapa gesekan akibat regulasi proyek tambang mineral dan infrastruktur.
(fls/has)