Jakarta, CNN Indonesia --
Korea Utara mengklaim pemimpin tertingginya,
Kim Jong-un, memiliki hubungan istimewa dengan Presiden Amerika Serikat,
Donald Trump.
Melalui sebuah pernyataan yang dirilis kantor berita
KCNA, penasihat Kementerian Luar Negeri Korut, Kim Kye-gwan, mengaku sempat bertemu Kim Jong-un "beberapa hari lalu."
"Dalam pertemuan itu, dia (Kim Jong-un) mengatakan bahwa hubungan antara dia dan Presiden Trump itu istimewa," kata Kim pada Kamis (24/10).
Kim mengakui bahwa pemangku kebijakan AS memang menerapkan sikap permusuhan terhadap Pyongyang. Ia bahkan menyebut sejumlah pejabat AS masih menganut "mental Perang Dingin dan prasangka ideologis."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun, saya dengan tulus berharap kekuatan motif bisa mengatasi semua rintangan yang ada atas dasar hubungan dekat," kata Kim seperti dikutip
AFP.
Pernyataan itu muncul beberapa hari setelah Trump mengatakan bahwa dia menyukai Kim Jong-un. Trump bahkan mengaku bahwa keduanya saling menghormati dan akrab.
Sejumlah pengamat politik internasional menilai pernyataan Kim mengindikasikan bahwa Pyongyang masih berharap bisa mencapai kesepakatan dengan Washington terkait program senjata nuklirnya, meski keduanya masih berbeda pendapat terkait penerapan sanksi.
Para ahli menganggap Korut ingin memanfaatkan relasi antara Kim Jong-un dan Trump untuk mengamankan konsesi dengan AS terkait denuklirisasi.
Walau terus memuji Trump memiliki "keberanian luar biasa" untuk berdialog dengan Korut, Pyongyang berulang kali menuntut Washington menerapkan "metode baru" dalam perundingan.
Profesor politik Korut dari Universitas Dongguk, Koh Yu-hwan, mengatakan Pyongyang paham betul bahwa pejabat AS akan menentang pencabutan sanksi terhadap Korut sebelum denuklirisasi berlangsung sepenuhnya.
"Karena itu, mereka (Korut) hanya ingin bernegosiasi langsung dengan Trump. Korut ingin mengirim pesan bahwa perundingan akan gagal dan sekarang sedang ada di persimpangan jika bukan Trump sendiri yang menentukan," kata Koh.
Setelah saling melontarkan ancaman perang pada 2017, relasi Trump dan Kim Jong-un terus membaik pasca-pertemuan perdana mereka di Singapura pada Juni 2018 lalu. Dalam pertemuan bersejarah itu, kedua pemimpin sepakat untuk melakukan denuklirisasi di Semenanjung Korea.
[Gambas:Video CNN]Meski begitu, progres denuklirisasi terbilang jalan di tempat. Pertemuan tinggi kedua negara di Hanoi, Vietnam, pada Februari lalu bahkan gagal mencapai kesepakatan apa pun.
Belakangan, relasi Korut-AS kembali terancam memburuk setelah Pyongyang melakukan serangkaian uji coba rudal balistiknya lagi. Korut juga menghentikan perundingan tingkat pejabat tinggi dengan AS di Swedia pada awal Oktober lalu.
(has)