Lupakan Konflik AS-Turki, Trump Mengaku Penggemar Erdogan

CNN Indonesia
Kamis, 14 Nov 2019 09:26 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dia merupakan penggemar Presiden Turki Erdogan seakan melupakan konflik yang terjadi antara AS dan Turki.
Presiden AS Donald Trump saat bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (AFP PHOTO / SAUL LOEB)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerima kunjungan Presiden Recep Tayyip Erdogan di Gedung Putih, Rabu (13/11) waktu setempat. Dalam kunjungan itu, Trump mengaku bahwa dia merupakan penggemar berat Erdogan seakan melupakan konflik yang terjadi antara AS dan Turki.

"Saya penggemar berat Presiden (Erdogan)," ujar Trump pada awal konferensi pers bersama seperti dikutip dari AFP.

Kata dia, Turki merupakan sekutu penting AS di Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). "Turki seperti yang diketahui semua orang adalah sekutu di NATO dan mitra strategis Amerika Serikat," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Trump juga telah melupakan ketegangan dengan Erdogan terkait penyerangan di Suriah.

[Gambas:Video CNN]

Trump pernah mengirimkan surat ke Erdogan yang berisi peringatan terkait invasi ke Suriah. Dalam surat tertanggal 9 Oktober itu Trump mengingatkan Erdogan untuk jangan menjadi bodoh.

Sebelum Turki meluncurkan ke Suriah, Trump sempat mengancam akan menghancurkan ekonomi Ankara jika mereka melakukan invasi terlalu jauh.

Meski demikian, Trump berkeras bahwa dia memiliki hubungan dekat dengan Erdogan. "Kami telah berteman lama."


Pertemuan tersebut dilakukan di tengah penolakan kunjungan Erdogan oleh Kongres AS dan proses pemakzulan. Pada konferensi pers itu, Trump mengaku tidak peduli dengan proses dengar pendapat yang dilakukan Kongres dalam penyelidikan pemakzulan.

"Saya lebih suka fokus pada perdamaian di Timur Tengah," ujar dia. Trump menganggap pemakzulan dirinya sebagai tipuan dan lelucon.

Ketegangan antara AS dan Turki semakin tinggi setelah Erdogan menyerukan serangan yang menargetkan pasukan Kurdi di utara Suriah. Kurdi merupakan bekas sekutu AS yang membantu memberangus penyebaran ISIS di Irak dan Suriah.

Sementara Turki menganggap kelompok Kurdi adalah separatis dan teroris, karena ingin membuat negara sendiri di wilayah timur dan selatan dekat perbatasan Suriah dan Irak.


Trump sendiri sebenarnya memberikan lampu hijau serangan Turki. Namun setelah dikritik Kongres, Trump berbalik mengecam Turki (dea)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER