Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan bahwa pembebasan dua warga
Indonesia yang sempat disandera kelompok bersenjata
Abu Sayyaf di selatan Filipina pada akhir pekan lalu tak menggunakan uang tebusan. Dia mengatakan pembebasan kedua WNI bernama Maharudin Lunani (48) dan Samiun Maneu (27) dilakukan dengan bantuan militer Filipina yang menggempur markas Abu Sayyaf di Provinsi Mindanao pada akhir pekan lalu.
Retno mengatakan seorang tentara Filipina gugur dalam upaya pembebasan kedua nelayan Indonesia tersebut.
"Saya kira, saya tidak perlu menjelaskan lagi soal itu (tebusan) karena dengan adanya korban tentara prajurit Filipina saat pembebasan itu tidak perlu dijelaskan lebih lanjut," ucap Retno usai di Jakarta pada Kamis (26/12).
Hal itu diutarakan Retno saat menjawab pertanyaan awak media terkait proses pembebasan kedua WNI tersebut. Sebab, saat ini masih ada seorang WNI yang ditawan kelompok Abu Sayyaf.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Retno enggan menjelaskan kronologi pembebasan Samiun dan Maharudin. Ia menuturkan seorang WNI yang bernama Muhammad Farhan belum berhasil dibebaskan.
 Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi memberikan keterangan dengan diapit dua WNI yang sempat disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di selatan Filipina, Maharudin Lunani (48) dan Samiun Maneu (27). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Farhan merupakan anak dari Maharudin.
Retno memaparkan pemerintah Indonesia terus berkomunikasi dengan Filipina untuk membebaskan Farhan. Ia menuturkan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto juga akan terbang ke Manila hari ini untuk menemui Menhan Filipina, Delfin Lorenzana, demi menegosiasikan upaya pembebasan Farhan.
[Gambas:Video CNN]"Hari ini, Menhan Prabowo akan bertolak ke Filipina untuk bertemu dengan Menhan Filipina. Tadi pagi, saya juga sudah berkomunikasi dengan Pak Prabowo untuk menyampaikan beberapa hal kepada pihak Filipina, termasuk masalah sandera ini," kata Retno.
Kelompok Abu Sayyaf menangkap Maharudin, Farhan, dan Samiun ketika ketiganya tengah melaut dan memancing udang di Pulau Tambisan, Lahad Datu, Sabah, Malaysia pada 24 September lalu.
Sekitar pukul 23.58 waktu setempat, dua kapal kecil merapat dari bagian buritan dan tujuh orang bersenjata menaiki kapal tersebut.
Perairan itu memang dikenal rawan pembajakan dan penyanderaan oleh kelompok bersenjata dari selatan Filipina seperti Abu Sayyaf.
Ketiga WNI itu sempat meminta bantuan Presiden Joko Widodo untuk membayar tebusan yang diminta penyandera sebesar 30 juta Peso atau Rp8,3 miliar demi membebaskan mereka.
Permintaan tolong itu diucapkan ketiga WNI tersebut dalam sebuah video yang beredar di Facebook pada pertengahan November lalu.
(rds/ayp)