Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan
Intelijen Israel (Mossad) Yossi Cohen menuturkan bahwa
Iran menjadi prioritas utama mereka.
Menurut Cohen, seluruh senjata Iran termasuk nuklir dan aktivitas rudal dan dukungan Teheran terhadap organisasi teroris merupakan tantangan keamanan Israel dan warganya.
"Republik Islam [nama resmi Iran] adalah prioritas kerja utama Mossad," kata Cohen.
"Seluruh nuklir, rudal jarak jauh, aktivitas rudal presisi, dan pengaruh Iran di kawasan, hingga dukungan negara itu terhadap organisasi teroris adalah tantangan bagi Israel dan warganya," kata Cohen seperti dikutip
Middle East Monitor, Senin (30/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan itu diutarakan Cohen saat menghadiri acara pemberian penghargaan terhadap sejumlah staf Mossad yang diselenggarakan Presiden Israel Reuven Rivlin pada Kamis pekan lalu.
Rivlin mengamini pernyataan Cohen tersebut dengan menuturkan Mossad tak pernah mengenal kata mustahil. Menurut dia, Mossad bisa melakukan apa saja demi melindungi keamanan nasional Israel.
[Gambas:Video CNN]"Sementara itu, musuh-musuh Israel menunggu mencari peluang untuk menyerang. Mereka frustasi oleh kegagalan mereka untuk menyakiti kita dan tidak berhenti mencari cara untuk menjatuhkan kita," kata Rivlin.
Iran memang musuh bebuyutan Israel dan kerap saling mengancam untuk menyerang. Belakangan, Iran bahkan mengancam akan menyerang Israel jika terus melakukan provokasi sekecil apa pun terhadap Teheran.
Israel dilaporkan menguji coba rudal berkemampuan nuklir pada awal Desember lalu.
Uji coba rudal Israel itu dilakukan ketika Iran disebut terus mengembangkan sistem rudal di tengah himpitan sanksi internasional.
Kementerian Pertahanan AS bahkan menganggap Iran berhasil mengembangkan sistem senjata rudal yang paling besar di Timur Tengah.
Iran memang menganggap sistem rudal sebagai kebutuhan strategis negara lantaran keterbatasan kemampuan angkatan udara. Tel Aviv selama bertahun-tahun menuduh Teheran berusaha mengembangkan senjata nuklir untuk menyerang Israel.
Iran juga mengabaikan kewajiban yang disyaratkan dalam perjanjian nuklir 2015, karena kecewa dengan sikap Amerika Serikat sejak Negeri Paman Sam menarik diri dari perjanjian itu dan menjatuhkan sanksi baru. Mereka kini melanjutkan proses pengayaan uranium melebihi batas yang ditetapkan dalam kesepakatan itu.
(rds/dea)