Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika penyebaran
virus corona terus meluas di Asia Tenggara,
Laos dan
Myanmar menjadi dua negara di kawasan yang hingga kini mengklaim tak terpapar
Covid-19.
Padahal, jika dilihat dari letak geografis, Myanmar dan Laos sama-sama berbatasan langsung dengan China-negara yang menjadi sumber penyebaran Covid-19. Kedua negara juga dihimpit oleh negara-negara yang telah memiliki kasus corona seperti Bangladesh, Thailand, dan Vietnam.
Myanmar dan Laos sama-sama mengklaim jika sejauh ini seluruh pasien suspect corona telah melewati pemeriksaan dan semuanya dinyatakan negatif Covid-19.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, dilansir
Straits Times, Laos dan Myanmar memiliki keterbatasan fasilitas kesehatan, terutama peralatan untuk pemeriksaan Covid-19. Kedua negara ini juga dilaporkan baru melakukan pemeriksaan virus corona terhadap 300 orang dari total populasi kedua negara sebanyak 60 juta.
Sementara itu, hingga hari ini kasus virus corona telah menginfeksi 337.553 orang di dunia dengan jumlah kematian 14.654. Sebanyak 98.884 pasien corona dari seluruh dunia juga telah dinyatakan sembuh.
'Gaya Hidup' Cegah CoronaBerdasarkan data pemerintah Myanmar, total terdapat 176 pasien suspect corona terhitung sejak Januari hingga akhir pekan lalu.
Dikutip
Kyodo News, pemerintah Myanmar menyatakan seluruh suspect corona itu telah diperiksa dan semuanya dinyatakan negatif Covid-19. Sementara itu, per hari ini, Senin (23/3), Kementerian Kesehatan Myanmar mencatat 12 pasien suspect corona baru yang masih menunggu hasil pemeriksaan.
 Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian |
"Hingga kini, tidak ada orang di negara kami yang terinfeksi Covid-19," ucap pemimpin de facto Myanmar, Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, dalam pidatonya di televisi pada awal pekan lalu seperti dilansir dari
The Guardian.
Seorang juru bicara pemerintah Myanmar, Zaw Htay, menjelaskan bahwa tidak ada yang anomali jika negaranya memiliki nihil virus corona di negaranya. Ia mengklaim "gaya hidup dan pengaturan pola makan" adalah dua hal yang menjadikan warga Myanmar kebal virus corona.
Htay juga menuturkan penggunaan uang tunai dari pada kartu kredit dalam setiap transaksi membantu mengurangi penyebaran penyakit.
Pernyataan tanpa dasar itu memicu kekhawatiran dari sejumlah pihak seperti ahli medis hingga aktivis kemanusiaan.
Pasalnya, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pola makan dan penggunaan uang kertas dapat menghentikan virus Covid-19 yang telah menyebar ke 192 negara dan wilayah di dunia ini.
"Pernyataan tidak bertanggung jawab seperti itu berbenturan dengan semua fakta yang telah diketahui soal pandemi ini, juga menentang kenyataan, dan hanya memberikan rasa aman palsu kepada rakyat negara tersebut tentang penyakit dan risiko mereka terhadap penularan," kata Wakil Direktur Human Rights Watch Kawasan Asia, Phil Robertson.
Kepada
New York Times, salah satu dokter bedah di RSU Mandalay Myanmar, Aung Aung, bahkan merasa ragu bahwa negaranya telah memiliki teknik modern untuk melacak virus corona.
Lanjut ke halaman berikutnya: Karantina dan Pembatasan Perjalanan
Karantina dan Pembatasan PerjalananMeski belum ada kasus virus corona yang terkonfirmasi, Myanmar dan Laos menyatakan telah mengambil serangkaian langkah pencegahan virus Covid-19 masuk, salah satunya pembatasan perjalanan bagi pendatang asing.
Dikutip
The Straits Times, Myanmar dan Laos telah menerapkan
lockdown atau penutupan perbatasan darat, menutup seluruh sekolah, dan mempersiapkan rumah sakit lengkap dengan fasilitas kesehatan pendukung jika sewaktu-waktu ada kasus corona terkonfirmasi.
Myanmar juga telah memerintahkan karantina wajib di bawah pengawasan pemerintah bagi seluruh pendatang terutama dari negara dengan kasus virus corona terbanyak seperti China, Korea Selatan, Italia, Iran, Prancis, Spanyol, dan Jerman. Para pendatang, termasuk warga Myanmar, dari negara-negara itu juga berada dalam pengawasan ketat pemerintah.
Selain itu, para pendatang dari luar negeri juga wajib menunjukkan sertifikat medis yang menyatakan mereka tak memiliki gejala penyakit pernapasan akut.
"Kami paham bahwa negara kami bisa terpapar Covid-19 kapan saja. Kami telah memeriksa orang-orang yang datang dari setiap bandara, pos perbatasan, dan memang sampai saat ini kami tidak menemukan (orang positif corona), tapi kami terus bersiaga," kata juru bicara Kemenkes Myanmar, Dokter Khin Khin Gyi, kepada
Straits Times.Sementara itu, Laos juga telah menutup semua sekolah, tempat-tempat hiburan, dan menetapkan area karantina selama 14 hari bagi pendatang dari negara berisiko.
Perwakilan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Laos, Dokter Reiko Tsuyuoka, melihat bahwa negara pemerintahan Presiden Bounnhang Vorachith itu sudah siap menghadapi virus corona jika wabah tersebut masuk.
"Jika nanti Covid-19 masuk ke Laos, saya kira kami akan mengetahui hal itu dengan cepat," kata Tsuyuoka.
Kementerian Kesehatan Laos mengklaim berkat bantuan WHO dan mitra lainnya, pemerintah telah "mengembangkan sistem kuat untuk mendeteksi dan merespons ancaman kesehatan."
Tsuyuoka juga menganggap Laos telah memiliki beberapa laboratorium bagus dan jaringan epidemiologis terlatih yang tersebar di seluruh negeri.
Meski begitu, Tsuyuoka mengaku bahwa Laos memiliki alat pemeriksaan Covid-19 terbatas sehingga sejauh ini negara tersebut melakukan tes corona terhadap orang-orang tertentu, seperti yang memiliki gejala dan telah menjalin kontak atau kemungkinan terpapar virus corona.
 Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian |