Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah
Inggris mengumumkan akan segera membangun sejumlah rumah sakit darurat sebagai antisipasi lonjakan kasus
virus corona (Covid-19) yang diperkirakan berlangsung beberapa hari ke depan.
Pembangunan rumah sakit darurat disegerakan beberapa jam setelah Inggris mencatat rekor 569 kematian akibat virus corona dalam 24 jam terakhir pada Rabu (1/4).
Layanan Kesehatan Nasional (NHS) mengungkapkan dua rumah sakit darurat akan dibangun di bagian barat dan utara Inggris, yakni Bristol dan Harrogate. Masing-masing fasilitas tersebut diklaim dapat menampung hingga 1.500 pasien.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rumah sakit seperti itu selanjutnya akan dibuka di Birmingham dan Manchester, yang menyediakan hingga 3.000 tempat tidur di dalamnya," kata NHS dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari
AFP, Jumat (3/4).
Mulai hari ini Inggris juga akan menyediakan sebanyak empat ribu tempat tidur perawatan di London yang dirakit kurang dari 10 hari.
Sementara itu, kecaman publik terhadap pemerintah terus meningkat. Warga Inggris mengkritik langkah halus pemerintah dalam menangani virus corona.
Pengetesan corona yang dilakukan pemerintah Inggris diklaim tidak merata. Sebagian besar pengetesan hanya dilakukan terhadap pasien Covid-19 di rumah sakit yang memiliki kondisi serius.
[Gambas:Video CNN]Publik juga mengkritik kegagalan pemerintah dalam menyediakan fasilitas pengetesan untuk tenaga kesehatan yang berada di garis depan. Pejabat Inggris mencatat hanya dua ribu orang dari sekitar lima ribu petugas NHS yang baru menjalani pengetesan virus corona.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pun mengatakan pemerintah akan "meningkatkan pengetesan masif" untuk mendeteksi Covid-19.
Menteri Kesehatan Matt Hancock menyalahkan tingginya permintaan global terhadap alat
swab test. Ia juga menyebut terjadi kesalahan pada sejumlah alat yang mereka beli, sehingga belum bisa melakukan pengetesan masif.
Hancock menambahkan pemeriksaan hingga 100 ribu tes per hari di seluruh negeri akan ditingkatkan dalam beberapa pekan ke depan. Untuk itu, pemerintah bekerja sama dengan perusahaan swasta seperti Amazon dan Boots, serta tiga laboratorium besar.
Pada Selasa (31/3), pemerintah telah melakukan total 10 ribu pengetesan terhadap pasien di rumah sakit dan petugas NHS. Padahal pemerintah sebelumnya menargetkan 25 ribu tes per hari.
Sejauh ini, proses pengetesan hanya dilakukan terpusat oleh Agensi Kesehatan Publik Inggris (PHE). Kepala eksekutif pusat riset biomedis di Institut Francis Crick, Paul Nurse, menyarankan pemerintah untuk mengizinkan laboratorium kecil melakukan pengetesan corona.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian |
Melansir situs perhitungan
Worldometers, hingga Jumat siang, sebanyak 33.718 orang di Inggris terinfeksi virus corona. Jumlah orang yang meninggal dunia yakni 2.921 dan yang sembuh 135.
Johnson sempat dinyatakan positif virus corona dengan gejala ringan pada 27 Maret lalu. Dirinya dilaporkan tengah menjalani isolasi mandiri di kediamannya di permukiman pejabat Downing Street.
Sementara itu, Pangeran Charles telah dinyatakan sembuh dari Covid-19 dan keluar dari isolasi pada Kamis (2/4). Ia mengungkapkan kepada agensi media setempat bahwa proses isolasi terasa "aneh, mengecewakan, dan seringkali menyedihkan".
Dalam sebuah pesan video, Putra Mahkota Inggris itu juga memuji perjuangan penuh para tenaga kesehatan yang mengabdi tanpa pamrih dalam melakukan tugasnya.
Pemerintah Inggris telah memberlakukan penguncian wilayah (lockdown) sejak dua pekan lalu. Semua warga diminta tidak keluar rumah dan semua pertokoan yang tidak penting ditutup untuk menekan penyebaran virus corona.
Pemerintah juga menjanjikan bantuan untuk pebisnis dan karyawan yang terdampak kebijakan. Sebanyak 950 ribu orang tercatat telah mengajukan permohonan bantuan.
(ang/dea)