'Dag Dig Dug' Gelombang Susulan Corona

CNN Indonesia
Selasa, 12 Mei 2020 08:20 WIB
A security guard directs students at the entrance to a high school in Wuhan, in China's central Hubei province on May 6, 2020. - Senior school students returned to class on May 6 in the central Chinese city of Wuhan, where the coronavirus that has now swept the globe first emerged late last year. (Photo by STR / AFP) / China OUT
Ilustrasi pelajar di kota Wuhan, China kembali bersekolah. (STR / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah negara sudah berada di masa akhir pemberlakuan kebijakan penguncian wilayah (lockdown) atau pembatasan kegiatan penduduk untuk menekan penyebaran virus corona (Covid-19).

Beberapa bahkan sudah mulai melonggarkan pembatasan tersebut. Namun, ada bahaya yang tersembunyi, yaitu virus corona ternyata masih ada di sekitar kita.


Contohnya Korea Selatan. Presiden Korsel, Moon Jae-in, sempat meyakini wabah virus corona di negaranya semakin terkendali setelah penerapan kebijakan menjaga jarak dan pemantauan penduduk. Mereka mulanya menjadi negara yang sempat terdampak cukup berat akibat wabah tersebut, tetapi strategi mereka perlahan membuahkan hasil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, seketika jumlah kasus di Negeri Ginseng itu yang tadinya sudah menunjukkan grafik menurun, mendadak kembali naik. Mereka menemukan klaster penyebaran baru di ibu kota Seoul yang dikhawatirkan memicu gelombang penyebaran kedua virus corona.

"Ini belum berakhir sampai benar-benar berakhir. Kita tidak boleh lengah untuk mencegah wabah kembali menyebar," ujar Moon dalam pidato kenegaraan pada Minggu pekan lalu, seperti dilansir CNN.

Di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, yang menjadi pusat penyebaran virus corona juga ditemukan lagi kasus infeksi baru. Padahal pemerintah setempat sudah mencabut penguncian wilayah yang diterapkan selam 76 hari.


Selain itu, kota Shulan di Provinsi Jilin yang berbatasan dengan Rusia dan Korea Utara juga dilaporkan menerapkan lockdown. Penyebabnya adalah mereka mendeteksi 11 kasus infeksi virus corona.

"Tetap waspada dan lindungi diri dari virus," kata juru bicara Komisi Kesehatan Nasional China, Mi Feng.

Presiden China, Xi Jinping, jauh-jauh hari sudah memperingatkan tentang potensi gelombang kedua wabah virus corona. Tentu saja tidak ada yang mau hal itu terjadi.

Di Jerman juga terjadi hal yang serupa. Kanselir Jerman, Angela Merkel, pusing tujuh keliling karena jumlah kasus infeksi Covid-19 mendadak naik, padahal dia hendak berupaya melonggarkan pembatasan dan membuka kembali kegiatan perekonomian di negaranya.

Akan tetapi, kenyataan ini harus membuat kita semakin waspada bahwa infeksi virus tersebut

Singapura menjadi saksi bahwa tergesa-gesa melonggarkan pembatasan di tengah wabah yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya adalah hal yang berbahaya. Negara kota itu mulanya sudah yakin kasus virus corona terkendali, tetapi kini melonjak lagi karena ditemukan pusat penyebaran baru.


Alhasil, mereka harus memperpanjang upaya pelacakan, pemeriksaan dan penanganan pasien. Hal itu tentu menguras tenaga, waktu dan anggaran. Sementara kegiatan ekonomi terus terhenti.

Berbagai contoh di negara yang mencatatkan kasus infeksi dalam jumlah besar tersebut memperlihatkan jika mereka saja tidak mampu menanganinya, lantas bagaimana dengan negara yang lebih kecil. Ketika infeksi bertambah dan jumlah pasien menumpuk, maka tenaga kesehatan dan rumah sakit bisa kewalahan.

Hal ini tentunya membuat seluruh pihak harus tetap bersabar dan tekun untuk mencari jalan keluar yang paling tepat dari krisis wabah ini. (ayp)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER