Jakarta, CNN Indonesia -- Kebijakan karantina yang diberlakukan pemerintah
China,
Italia, dan
Prancis sempat mencatat lonjakan kasus positif
virus corona.
China dianggap telah berhasil berjuang melawan Covid-19 sejak awal Januari 2020. Pemerintah China memutuskan untuk melakukan penguncian wilayah (
lockdown) sejak 23 Januari.
Lonjakan kasus baru di China sempat terjadi secara signifikan pada 12 Februari sebesar 14.108 kasus baru hingga total mencapai lebih dari 51 ribu kasus saat itu. Kendati sempat beberapa kali mengalami lonjakan besar, jumlah kasus baru dan korban jiwa di China terus menurun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komisi Kesehatan China melaporkan penurunan kasus baru dan jumlah korban meninggal akibat virus corona sejak awal Maret lalu. Puncaknya pada 19 Maret untuk pertama kalinya melaporkan nihil kasus baru virus corona di dalam negeri. Laporan yang sama diungkap selama dua hari berturut-turut sehingga tidak ada penambahan kasus Covid-19 setelah dua bulan terakhir.
Italia telah memberlakukan
lockdown pada 9 Maret sempat beberapa kali mencatat lonjakan kasus baru. Di awal
lockdown atau tepatnya pada 11 Maret, Badan Perlindungan Sipil Italia melaporkan 2.313 pasien baru hingga total mencapai 12.462 kasus dengan 827 kematian. Jumlah tersebut menjadi peningkatan tertinggi yang dicatat sejak wabah virus corona dimulai pada akhir tahun lalu.
Puncaknya pada 28 Maret, kasus Covid-19 di Italia sempat meroket hingga melampaui China. Berdasarkan data Johns Hopkins University, Italia saat itu memiliki 86.498 kasus, sementara China memiliki 81.946 kasus.
Hingga akhir Maret, Italia menjadi salah satu negara dengan tingkat kematian tertinggi di dunia yakni mencapai 10,5 persen. Dalam tempo sehari pada 27 Maret lalu, tercatat 969 orang yang positif corona meninggal.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian Insert Artikel - Waspada Virus Corona |
Sekitar 10 kota di Italia utara termasuk kawasan Lombardia, Vo Euganeo, kota Veneto, dan Provinsi Padova mulai melaporkan penurunan kasus baru dan pasien Covid-19 yang meninggal ditambah pasien sembuh yang terus bertambah.
Namun pada 6 April Italia mencatat angka kematian terendah sebanyak 525 jiwa, jauh dari angka terendah sebelumnya pada 19 Maret sebanyak 427 korban jiwa. Angkat tersebut juga menurun 23 persen dibandingkan sehari sebelumnya yang mencapai 681 korban jiwa dalam tempo sehari.
Seperti halnya Italia, Prancis juga sempat mencatat lonjakan drastis kasus corona pada 8 Maret sebanyak 1.178 kasus dan 19 kematian. Jumlah ini melonjak drastis pada 16 Maret menjadi 6.473 kasus dan 149 korban jiwa.
[Gambas:Video CNN]Data tersebut merupakan angka lonjakan kematian terbesar dalam sehari yakni bertambah 29 orang dari sehari sebelumnya sebanyak 119 korban jiwa. Sementara kasus baru bertambah 900 sehingga total menjadi 5.400 orang.
Melihat lonjakan tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron kemudian memberlakukan
lockdown mulai 17 Maret. Sempat memberi sejumlah kelonggaran saat lockdown, Macron kemudian memperketat aturan tersebut.
Lonjakan kematian akibat virus corona kembali terjadi tepat dua pekan setelah diberlakukan
lockdown atau tepatnya pada 30 Maret. Angka kematian harian tercatat mencapai 148 orang, jumlah kematian harian tertinggi sejak epidemi corona terjadi di Prancis.
Dengan kematian tersebut, jumlah korban meninggal akibat virus corona di Prancis naik menjadi 3.024. Selain korban meninggal, pemerintah setempat juga melaporkan sampai dengan awal April lalu sebanyak 20.946 kasus dengan 5.056 diantaranya dirawat secara intensif.
Angka kematian akibat corona kembali melonjak hingga dua kali lipat pada 3 April lalu. Total kematian mencapai 6.503 jiwa dengan 61.650 dinyatakan positif terinfeksi virus corona.
Memasuki pertengahan April, Prancis mulai mencatat adanya perlambatan kasus baru dan angka kematian. Pada 12 April Prancis melaporkan hanya 2.973 kasus baru sehingga total menjadi 91.012 kasus corona.
(evn)