Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri
Kanada Justin Trudeau terdiam selama 20 detik seakan kehabisan kata ketika ditanya tanggapannya mengenai tindakan Presiden Donald
Trump dalam meredam demonstrasi di Amerika Serikat.
Dalam jumpa pers di Ottawa pada Selasa (2/6), seorang wartawan menanyakan Trudeau terkait tanggapannya mengenai demonstrasi rusuh yang tengah berlangsung di AS selama delapan hari terakhir.
Demonstrasi anti-rasisme itu dipicu oleh kematian seorang warga kulit hitam AS asal Minneapolis, George Floyd pada 25 Mei lalu. Floyd meninggal dunia setelah kehabisan napas usai lehernya ditekan dengan lutut seorang petugas polisi yang tengah berupaya menahannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wartawan itu meminta tanggapan Trudeau terkait langkah pemerintahan Trump yang ingin mengerahkan kekuatan militer untuk meredam demonstran.
Aparat kepolisian di Washington DC juga melempari gas air mata dan semprotan merica untuk memukul mundur para pedemo di depan Gedung Putih dan mensterilkan area sebelum Trump meninjau sebuah gereja di dekat situ untuk mengambil sejumlah foto.
Padahal, para pedemo melakukan unjuk rasa secara damai tanpa bersikap rusuh.
"Anda cenderung enggan mengomentari aksi Presiden AS, tapi Trump ingin mengerahkan militer untuk menghadapi pedemo. Kita semua melihat bahwa gas air mata dilemparkan ke arah para pemrotes untuk memberi jalan bagi presiden mengambil foto di depan sebuah gereja. Saya ingin menanyakan komentar Anda terkait ini. Jika Anda tidak ingin mengomentari ini, apa pesan yang Anda ingin sampaikan?" kata wartawan tersebut kepada Trudeau.
Dengan tenang, Trudeau menatap kamera dengan tatapan tajam dan raut wajah yang prihatin. Ia tidak langsung menjawab pertanyaan itu.
Ia terdiam selama kira-kira 20 detik sebelum melontarkan tanggapannya terkait situasi yang tengah terjadi di AS.
"Kita semua menyaksikan dengan kengerian dan ketakutan tentang apa yang sedang terjadi di Amerika Serikat," kata Trudeau seperti dilansir dari
the Guardian.
"Ini adalah waktu untuk menyatukan semua orang. Ini adalah waktu untuk mendengarkan, untuk menyadari terkait ketidakadilan yang berlanjut meskipun ada kemajuan selama bertahun-tahun," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Trudeau juga menyinggung pentingnya memerangi rasisme dan diskriminasi di Kanada.
"Tapi ini adalah waktu bagi kita, orang Kanada, untuk menyadari bahwa kita juga memiliki tantangan di mana orang kulit hitam Kanada dan orang Kanada ras lainnya masih menghadapi diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari setiap hari," kata Trudeau.
Trudeau bahkan tak segan mengakui bahwa masih ada budaya diskriminasi yang sistemik di Kanada.
"Kita semua harus menjadi sekutu dalam memerangi diskriminasi. Kita harus belajar dan mendengar untuk bisa mencari solusi dalam memperbaiki keadaan ini," ujar Trudeau.
Demonstrasi solidaritas terhadap Floyd berlangsung di puluhan kota dan negara bagian di AS. Protes pertama kali mencuat di Minneapolis sehari setelah kematian Floyd pada Senin (25/5).
Aksi solidaritas atas kematian Floyd bahkan meluas hingga negara Eropa dan Amerika Latin seperti Brasil hingga Selandia Baru.
Kematian Floyd bukan lah satu-satunya pemantik amarah warga AS yang sesungguhnya. Sebab, insiden Floyd terjadi tak lama setelah dua warga kulit hitam AS lainnya tewas.
Kematian Floyd dianggap sebagai puncak amarah publik AS terkait kebrutalan dan sikap rasial aparat terhadap warga kulit hitam di negara tersebut.
(rds/dea)
[Gambas:Video CNN]