Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden
Iran Hassan Rouhani menyebut pose Presiden
Donald Trump yang membawa Alkitab di tengah aksi protes kematian
George Floyd sebagai hal memalukan.
"Itu (pose Trump) merupakan tindakan memalukan yang dilakukan oleh seorang presiden, yang ingin menunjukkan respons terhadap rakyatnya sendiri dengan membawa kitab suci (Alkitab)," kata Rouhani dalam pidatonya seperti mengutip
AFP."Alkitab merupakan kitab suci yang mengajarkan kedamaian, ketenangan, dan kemanusiaan. Alkitab bukan kitab yang mengajarkan pembunuhan terhadap orang tak bersalah," ucapnya menambahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Senin (1/6) Trump berpose sambil membawa Alkitab di depan Gerja Episcopal St. John. Pasukan keamanan saat itu menembakkan bola merica dan bom asap ke arah pemrotes agar Trump bisa lewat.
Aksi protes terjadi di seluruh penjuru AS sebagai buntut kematian Floyd yang meningal setelah lehernya dikunci oleh polisi kulit putih di Minneapolis pada 25 Mei lalu.
Gelombang demo menentang rasisme terhadap kaum minoritas terus digaungkan bahkan hingga ke Eropa dan Amerika Latin.
 Presiden Donald Trump mendapat kecaman saat berpose membawa Alkitab di depan Gereja St. John di tengah demo kematian George Floyd. (AP Photo/Patrick Semansky) |
Rouhani mengatakan apa yang terjadi pada Floyd merupakan kejadian terburuk dalam sejarah AS.
"Kami adalah ... saksi dari salah satu hari terburuk dalam sejarah politik dan sosial Amerika dan ketidakadilan terhadap etnis kulit hitam. Apa yang terjadi pada George Floyd merupakan peristiwa yang mencuri perhatian dunia," ucapnya.
Trump digugat oleh kelompok hak-hak sipil Amerika Serikat atas tindakan kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan saat aksi demo di luar Gedung Putih.
Serikat Kebebasan Sipil Amerika (The American Civil Liberties Union/ACLU) dan kelompok lainnya menuding Trump dan pejabat tinggi lain melanggar hak konstitusi para aktivis Black Lives Matter dan demonstran individu lain.
"Polisi melakukan dugaan pelanggaran yang terkoordinasi dan tidak berpihak ke kerumunan demonstran dan mengerahkan zat kimia, peluru karet, dan meriam suara," kata ACLU, Kamis (4/6) waktu setempat.
(afp/evn)
[Gambas:Video CNN]