Para pembelot Korea Utara kembali meluncurkan selebaran yang berisi kritik terhadap mantan negara mereka dari wilayah Korea Selatan.
Selebaran itu dikirim menggunakan balon udara yang terbang melewati wilayah perbatasan Korea Utara.
Hal itu diungkapkan oleh sebuah kelompok aktivis pembelot, Selasa (23/6). Langkah ini kemungkinan akan kembali memicu kemarahan Korea Utara.
Dalam beberapa pekan terakhir, Korea Utara telah menyatakan serangkaian kecaman kepada Korsel atas selebaran yang dinilai menghina martabat Pemimpin Tertinggi Korut, Kim Jong-un.
Ketegangan semakin meningkat di Semenanjung Korea sejak Korea Utara meledakkan kantor penghubung dan mengancam akan menambah jumlah pasukan di dalam dan di sekitar Zona Demiliterisasi.
Dilansir AFP, Selasa (23/6), seorang analis mengatakan Korut melakukan provokasi dalam upaya memaksa ganti rugi dari Korsel dan Amerika Serikat karena terhentinya negosiasi pelucutan senjata nuklir dan pencabutan sanksi ekonomi.
Aparat keamanan di Korea Selatan telah berusaha menghalangi peluncuran selebaran. Namun, kelompok aktivis Pejuang untuk Korea Utara Merdeka mengatakan mereka telah meluncurkan dua puluh balon di dekat kota perbatasan Paju pada Senin (22/6) malam waktu setempat.
Selain menyebarkan setengah juta selebaran, kelompok ini juga mengirim seribu penyimpan data (USB) berisikan drama dan musik Korea Selatan, serta 2000 uang tunai pecahan US$ 1 supaya menarik perhatian penduduk Korut.
"Selebaran anti-Utara terbang ke Utara menggunakan angin selatan," kata pemimpin kelompok itu, Park Sang-hak.
Park bersumpah akan melanjutkan peluncuran selebaran itu.
Korut mengancam akan membalas dengan meluncurkan selebaran tandingan. Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, melaporkan bahwa dua belas juta selebaran telah dicetak dan 3000 balon siap diterbangkan ke Korsel.
Kedua negara itu terus melakukan propaganda meski keduanya sempat sepakat untuk menurunkan tingkat permusuhan pada pertemuan di 2018 lalu.
Hubungan antar-Korea telah membeku setelah kegagalan perundingan di Singapura dan Hanoi, Vietnam antara Kim Jong-un dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dialog tersebut membahas negosiasi pelucutan senjata nuklir dan pelonggaran sanksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, awalnya menjadi perantara dalam dialog tersebut, tapi Korea Utara balik menyalahkan Korea Selatan karena tidak membujuk Amerika Serikat untuk melonggarkan sanksi.