Paus Fransiskus Risau Hagia Sophia Diubah Jadi Masjid

AFP | CNN Indonesia
Senin, 13 Jul 2020 05:45 WIB
People use their mobile to take a selfie picture outside the now closed Byzantine-era Hagia Sophia, one of Istanbul's main tourist attractions in the historic Sultanahmet district of Istanbul, Saturday, July 11, 2020. Turkey's President Recep Tayyip Erdogan formally reconverted Hagia Sophia into a mosque and declared it open for Muslim worship, hours after a high court annulled a 1934 decision that had made the religious landmark a museum.The decision sparked deep dismay among Orthodox Christians. Originally a cathedral, Hagia Sophia was turned into a mosque after Istanbul's conquest by the Ottoman Empire but had been a museum for the last 86 years, drawing millions of tourists annually. (AP Photo/Emrah Gurel)
Hagia Sophia awalnya dibangun sebagai katedral, diubah menjadi masjid, hingga akhirnya ditetapkan sebagai museum. (AP/Emrah Gurel)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus menyatakan kerisauannya terkait keputusan Turki untuk mengubah museum Hagia Sophia menjadi masjid.

Ini adalah pernyataan pertama gereja Katolik Roma menyusul perubahan status Hagia Sophia itu. Suara Paus ini menambah deretan kecaman internasional atas keputusan Turki untuk mengubah landmark Istanbul itu.

"Aku memikirkan Hagia Sophia, dan aku sangat sedih," kata Paus Francis menjelang akhir khotbah tengah hari di Lapangan Santo Petrus, Minggu (12/7), seperti dikutip AFP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Surat kabar Vatikan Osservatore Romano pada hari Sabtu memuat reaksi dari berbagai negara terhadap keputusan Turki itu. Namun, laporan itu tidak disertai komentar Paus.

Hagia Sophia pertama kali dibangun 1.500 tahun yang lalu sebagai katedral di Kekaisaran Bizantium Kristen. Namun, bangunan ini dikonversi menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman Konstantinopel pada tahun 1453. Baru pada 1935, pemerintahan sekuler Turki mengubahnya menjadi museum.

Pada Jumat (10/7), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan warga Muslim bisa beribadah di bangunan itu mulai 24 Juli. Kritik pun mewarnai keputusan perubahan status salah satu situs Warisan Dunia UNESCO itu. Kritikus menyebut Erdogan telah mencoreng pilar sekuler di negara dengan penduduk mayoritas Muslim itu.

Beberapa pemimpin Kristen lainnya sudah menentang keputusan Turki. Uskup Hilarion, yang mengepalai departemen Gereja Ortodoks Rusia untuk hubungan gereja eksternal, menggambarkannya sebagai "pukulan bagi Kekristenan global".

Dewan Gereja Dunia, yang mewakili 350 gereja Kristen, mengatakan telah menulis kepada Erdogan untuk mengungkapkan "kesedihan dan kecemasan" mereka.

Kepala Gereja Ortodoks Yunani, Uskup Agung Ieronymos, pada hari Minggu mengecam apa yang ia gambarkan sebagai "instrumentalisasi agama untuk tujuan partisan atau geopolitik".

A view of the Byzantine-era Hagia Sophia, an UNESCO World Heritage site and one of Istanbul's main tourist attractions in the historic Sultanahmet district of Istanbul, Friday, July 10, 2020. Turkey's highest administrative court issued a ruling Friday that paves the way for the government to convert Hagia Sophia - a former cathedral-turned-mosque that now serves as a museum - back into a Muslim house of worship. The Council of State threw its weight behind a petition brought by a religious group and annulled a 1934 cabinet decision that changed the 6th century building into a museum. (AP Photo/Emrah Gurel)Bagian dalam museum Hagia Sophia yang dibangun pada abad ke-6, memadukan tampilan masjid dan unsur Kekristenan. (AP/Emrah Gurel)

"Kemarahan dan kesombongan tidak hanya menyangkut Gereja Ortodoks dan Kekristenan tetapi semua umat manusia yang beradab ... terlepas dari agama," tambahnya.

Sementara itu, Menteri Kebudayaan Yunani Lina Mendoni mengambil pandangan yang sama, menyebut keputusan Turki "sebuah provokasi ke dunia beradab".

Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis juga mengutuk langkah itu, tidak hanya untuk kerusakan yang akan terjadi pada hubungan antara Yunani dan Turki, tetapi hubungan Ankara dengan "Uni Eropa, UNESCO dan komunitas dunia".

Transformasi Hagia Sophia mendominasi berita utama di surat kabar Yunani akhir pekan ini. Surat kabar Kathimerini menekankan dimensi politis dari keputusan Turki, yang dikatakannya secara efektif menggarisbawahi akar sekuler Turki modern dan menunjukkan "megalomania Erdogan".

Meski ramai dihujani kecaman dunia, Erdogan menolak protes dari Rusia, Amerika Serikat, Prancis dan UNESCO, Sabtu (11/7).

"Mereka yang tidak mengambil langkah melawan Islamofobia di negara mereka sendiri ... menyerang keinginan Turki untuk menggunakan hak-hak kedaulatannya," katanya.

Di masa lalu, ia berulang kali meminta agar bangunan yang menakjubkan itu diubah kembali menjadi masjid. Pada 2018, ia pun sempat membacakan sebuah ayat dari Alquran di Hagia Sophia.

Pengumuman Erdogan datang setelah pengadilan tinggi Turki membatalkan keputusan kabinet 1934 di bawah pendiri sekularis Turki modern Mustafa Kemal Ataturk. Saat itu, pemerintah Turki memutuskan untuk melestarikan masjid itu sebagai museum.

(eks)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER