Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa saat ini banyak negara yang tidak merespons cara penanganan pandemi virus corona. Langkah tersebut membuat kehidupan masyarakat tidak akan kembali normal seperti sebelum era Covid-19.
Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan keputusan sejumlah negara yang mencabut aturan penguncian wilayah (lockdown) justru membuat penyebaran virus menjadi lebih para. Padahal, lockdown menjadi salah satu metode yang terbukti bisa mengurangi risiko penularan virus.
"Saya ingin berterus terang: tidak akan ada yang kembali ke kehidupan 'normal lama' di masa depan. Terlalu banyak negara menerapkan metode yang salah," ujar Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual, Senin (13/7) seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Virus akan tetap menjadi musuh publik nomor satu, tetapi tindakan banyak negara dan masyarakat tidak mencerminkan hal ini."
Lihat juga:WHO Desak Indonesia Gelar Tes PCR untuk OTG |
Ia mengatakan jika kebijakan pemerintah yang berbeda-beda justru membuat kepercayaan publik terhadap penanganan Covid-19 kian menurun.
Penyebaran virus corona juga menjadi lebih buruk saat orang-orang mengabaikan aturan dasar seperti menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, dan mengkarantina diri jika sakit.
"Ini (penyebaran virus) akan menjadi lebih buruk dan lebih buruk dan lebih buruk lagi," ujarnya.
![]() Insert Artikel - Waspada Virus Corona |
Menurutnya saat ini ada empat skenario yang dipakai pemerintah di seluruh dunia. Negara yang waspada dan menghindari wabah besar, negara yang berhasil mengendalikan wabah, negara yang melonggarkan pembatasan tetapi sekarang mulai menemukan kasus baru, dan negara yang dalam fase transmisi yang intens.
Pernyataan ini disampaikan saat pandemi Covid-19 di seluruh dunia mencapai 13.235.760 kasus. Sekitar 575.535 pasien dinyatakan meninggal dan 7.696.381 lainnya sembuh.
Penelitian yang dikeluarkan oleh ilmuwan dari King's College London menemukan pasien yang sembuh dari virus corona kemungkinan kehilangan kekebalan tubuh sehingga berpotensi kembali terinfeksi dalam beberapa bulan.
Merespons studi ini, Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan belum diketahui apakah pasien yang telah pulih dapat terinfeksi lagi dengan jenis 'virus corona lain'.
Kendati demikian, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19 Maria Van Kerkhove mengatakan perlu penelitian lebih lanjut terkait studi tersebut.
(afp/evn)