Seorang pakar Toksikologi Rusia di kota Omsk, Alexander Sabayev, pada Jumat (4/9) mengatakan kondisi koma yang dialami tokoh oposisi Alexei Navalny dapat terjadi karena diet, stres, atau kelelahan.
Dia juga berkeras tidak ada racun yang ditemukan dalam sampel darahnya yang diambil sebelum Navalny diterbangkan ke Jerman.
Dilansir AFP, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pemerintah daerah Omsk yang dimuat oleh kantor berita Rusia, Sabayev itu mengatakan Navalny mengalami masalah perut sebelum kondisinya memburuk dan koma.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasien menggunakan diet untuk menurunkan berat badan," ujar Sabayev kepada wartawan.
Sabayev menambahkan, situasi yang terjadi terhadap Navalny bisa saja dipicu tidak hanya karena pola makan, tapi juga bisa dipicu oleh kemungkinan minum berlebihan yang tidak diketahui. Selain itu, kata Sabayev, kondisi itu juga bisa saja dipicu oleh stres dan kelelahan.
"Faktor eksternal apapun dapat memicu kerusakan mendadak. Bahkan sesederhana kurang sarapan," lanjutnya.
Menurut Sabayev, Navalny telah menjalani pemeriksaan untuk melihat kemungkinan kandungan zat beracun, termasuk bahan kimia yang dikenal sebagai penghambat kolinesterase segera setelah dirawat.
Selain itu, Sabayev mengatakan tidak ada racun yang ditemukan dalam sampel Navalny. Ginjal, paru-paru, dan hatinya tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan.
"Karena itu kami bisa mengatakan bahwa tidak ada agen beracun di tubuh pasien," ujar Sabayev.
Lihat juga:Alexei Navalny, Pendekar Oposisi Rezim Rusia |
Saat dihubungi oleh AFP, Juru Bicara Gubernur Omsk, Alina Atamanenko, mengatakan dia tidak memiliki pernyataan dari Sabayev dan tidak dapat memberikan rincian lebih lanjut.
Rusia menghadapi ancaman sanksi baru setelah pekan ini Jerman mengatakan musuh utama Presiden Vladimir Putin itu menjadi sasaran racun Novichok.
Pegiat oposisi berusia 44 tahun itu jatuh sakit dalam penerbangan dari Kota Tomsk menuju Moskow pada 20 Agustus lalu dan dirawat selama dua hari di sebuah klinik di kota Omsk di Siberia, sebelum dievakuasi ke Jerman.
Pemerintah Rusia membantah berada dibalik insiden tersebut. Peristiwa yang dialami Navalny telah memicu krisis baru dalam hubungan antara Rusia dan negara Barat.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga akan menggelar pertemuan secara untuk membahas kasus Navalny.
![]() |
Tokoh Pro-Rusia telah mengeluarkan sejumlah teori yang mengejutkan, termasuk bahwa Navalny mungkin diracuni oleh Jerman atau meracuni dirinya sendiri.
Pada 2018 lalu, Rusia membantah bertanggung jawab atas serangan Novichok terhadap mantan agen mata-mata ganda, Sergei Skripal, dan putrinya, Yulia, di Inggris.
(ans/ayp)