Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengecam dan menyebut penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad S.A.W., oleh majalah satir mingguan Prancis, Charlie Hebdo, sebagai dosa berat.
Khamenei menyebut hal itu sebagai tindakan "tidak termaafkan".
"Dosa berat dan tak termaafkan yang dilakukan oleh (majalah) mingguan Prancis yang menghina kepribadian suci dan bercahaya (sang) Nabi. Itu mengungkapkan, sekali lagi, permusuhan dan dendam jahat yang dipendam oleh organisasi politik dan budaya di Barat terhadap Islam dan warga Muslim," ujar Khamenei dalam pernyataan berbahasa Inggris, seperti dilansir Al Monitor, Rabu (9/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alasan 'kebebasan berekspresi' yang dibuat oleh beberapa politisi Prancis untuk tidak mengutuk kejahatan berat yang menghina Nabi suci Islam sama sekali tidak dapat diterima, salah, dan demagogis," lanjut pernyataan tersebut.
Selama kunjungannya di Beirut pekan lalu, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan majalah Charlie Hebdo tidak melanggar hukum dalam menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad S.A.W.
"Ada... di Prancis kebebasan untuk menghujat yang terkait dengan kebebasan hati nurani. Tugas saya adalah melindungi semua kebebasan ini," ujar Macron.
Dua pelaku teror penembakan, Said dan Cherif Kouachi, menyerbu kantor redaksi Charlie Hebdo di Paris pada 7 Januari 2015 silam. Keduanya tewas dalam baku tembak dengan aparat keamanan Prancis.
Pada 2 September lalu, pengadilan Prancis mulai mengadili 14 orang yang diduga terlibat dalam aksi teror tersebut.
Dalam kejadian itu, 12 orang termasuk beberapa kartunis paling terkenal di Prancis, tewas.
Terlepas dari kemarahannya atas penerbitan ulang kartun tersebut, Iran juga mengutuk serangan terhadap kantor majalah Charlie Hebdo.
(ans/ayp)