Menlu AS Sebut Pejabat Senior Rusia Perintahkan Racun Navalny

AFP | CNN Indonesia
Kamis, 10 Sep 2020 10:29 WIB
Menlu AS Mike Pompeo mengatakan ada kemungkinan pejabat senior Rusia yang memerintahkan meracun tokoh oposisi Alexei Navalny.
Menlu AS Mike Pompeo. Pompeo mengatakan ada kemungkinan pejabat senior Rusia yang memerintahkan meracun tokoh oposisi Alexei Navalny. (Foto: Drew Angerer/Getty Images/AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengatakan ada kemungkinan pejabat senior Rusia yang memerintahkan penggunaan zat saraf Novichok pada tokoh oposisi Alexei Navalny.

"Saya pikir orang-orang di seluruh dunia melihat aktivitas semacam ini sebagaimana adanya," kata Pompeo dalam wawancara, Rabu (9/9).

"Dan ketika mereka melihat upaya untuk meracuni seorang pembangkang dan mereka menyadari bahwa ada kemungkinan besar bahwa ini benar-benar diperintah oleh pejabat senior Rusia, saya pikir ini tidak baik bagi rakyat Rusia," ujarnya menambahkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pompeo menegaskan kembali bahwa AS dan sekutu negara-negara Eropa meminta pertanggungjawaban Rusia. Ia juga mengatakan jika AS akan mencoba mengidentifikasi pelaku di balik upaya pemberian racun terhadap Navalny.

"Itu adalah sesuatu yang kami lihat (dugaan pemberian racun), kami akan mengevaluasi dan akan memastikan melakukan bagian kami uuntuk melakukan apa pun yang kami bisa untuk mengurangi risiko kemungkinan hal-hal seperti itu terulang kembali," ucap Pompeo seperti dilansir dari AFP.

Pernyataan Pompeo ini dirilis bertolak belakang dengan komentar Presiden Donald Trump pekan lalu yang mengatakan jika ia tidak melihat ada bukti bahwa Navalny diracun.

Infografis Jalan Berliku Alexei Navalny Hadapi Rezim Rusia

Ucapan Pompeo ini senada dengan dugaan seorang Ahli Hukum Hubungan Eksternal Uni Eropa, Steven Blockmans, di Pusat Kajian Kebijakan Eropa yang bermarkas di Brussel menuturkan jika intelijen Rusia terlibat dalam peracunan Navalny, maka mereka bisa dikenakan sanksi individu. Tapi mengingat itu terjadi di Rusia, maka kasus ini sulit dibuktikan.

Navalny diduga diracun menggunakan zat saraf Novichok dalam penerbangan dari Kota Tomsk, Siberia, menuju Moskow, Rusia. Ia sempat dirawat di rumah sakit Siberia sebelum ditransfer ke Jerman.

Novichok dikembangkan oleh militer Soviet dan tidak tersedia secara bebas, tapi fakta penggunaannya saja tidak cukup. Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah menyerukan penyelidikan independen internasional terhadap kasus Navalny.

Rumah Sakit Charite di Berlin, Jerman yang merawat Navalny menyatakan pemimpin oposisi Rusia itu telah melewati masa kritis dan sudah siuman dari koma pada Senin (7/9) lalu.

Rusia sejauh masih berkeras membantah tudingan yang menyebut keterlibatannya dalam kasus peracunan Navalny. Pemerintah Rusia menuding dugaan tersebut sebagai sebuah kampanye disinformasi agar pihaknya kembali dijatuhkan sanksi baru.

"Kampanye disinformasi besar-besaran sedang terjadi yang bertujuan untuk 'memobilisasi sentimen sanksi' dan tidak ada hubungannya dengan kesehatan Navalny atau 'mencari tahu alasan sebenarnya ia dirawat di rumah sakit," tulis kementerian luar negeri Rusia dalam keterangannya.

(evn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER