Alexei Navalny Mengaku Bisa Bernapas Tanpa Alat Bantu

AFP | CNN Indonesia
Selasa, 15 Sep 2020 20:20 WIB
Tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny mengaku kini bisa bernapas tanpa alat bantu setelah dirawat di Jerman akibat dugaan diracun menggunakan zat saraf Novichok.
Pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny (Foto: AP/Pavel Golovkin)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny mengatakan bahwa dirinya sudah bisa bernapas tanpa menggunakan alat bantu pernapasan setelah diduga diracun menggunakan zat saraf Novichok. Dalam unggahan di Instagram pribadinya, Navalny nampak berfoto dengan istri dan dua anaknya.

Unggahan ini menjadi pernyataan publik pertamanya setelah dugaan diracun saat ia dalam penerbangan dari Tomsk, Siberia ke Moskow.

"Halo, ini Navalny," tulisnya sebagai keterangan foto dari tempat ia dirawat di rumah sakit Berlin, Jerman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam foto ia tampak kurus dan hampir tidak tersenyum sambil mengenakan pakaian rumah sakit. Sementara istri dan anaknya berada di sampingnya.

"Kemarin saya bisa nernapas sendiri sepanjang hari. Saya sangat menyukainya. Ini proses yang luar biasa. Saya merekomendasikannya," candanya.

"Saya merindukanmu," tulisnya lagi di unggahan yang sama.

[Gambas:Instagram]

Pengacara sekaligus kritikus Kremlin tersebut dilaporkan jatuh sakit dalam penerbangan setelah mendukung kandidat oposisi dalam pemilihan lokal.

Infografis Jalan Berliku Alexei Navalny Hadapi Rezim RusiaFoto: CNN Indonesia/Fajrian
Infografis Jalan Berliku Alexei Navalny Hadapi Rezim Rusia

Pada Senin (14/9), Jerman mengatakan bahwa laboratorium Prancis dan Swedia secara independen telah mengonfirmasi bahwa temuan para dokter di Berlin menunjukkan bahwa Navalny diracuni menggunakan Novichok.

Sekutu Navalny mengatakan bahwa penggunaan zat kimia terlarang itu membuktikan bahwa hanya negara Rusia yang bisa bertanggung jawab.

Di sisi lain, Rusia tetap berkeras menolak temuan tersebt dengan mengatakan bahwa dokter dari pihak mereka tidak menemukan zat seperti yang dituduhkan Jerman.

Terlepas dari seruan internasional kepada Rusia untuk melakukan penyelidikan transparan atau sanksi atas risiko tersebut, temuan itu belum membuka penyelidikan kriminal.

(ans/evn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER